Nur Ali Muchtar

JUARA 3 NULIS CERPEN

Posted on: September 22, 2009

“JUARA 3 NULIS CERPEN”

Alhamdulillah..
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Kita semua adalah milik-Nya dan akan kembali pada pangkuan-Nya

sobat Linda, trims tuk pujiannya.
mudah-mudahan saya bisa memenejnya agar tak terperosok di lautan yang dalam,
yang ombaknya dapat menggulung siapapun hanya dalam waktu sekedip mata.
hari ini saya senang. mudah-mudahan semakin menambah rasa syukur saya
pada Allah sang Khalik, penggenggam kekuasaan.

Bukankah pagelaran ini hanya sebutir pasir di tepian pantai?
Bukankah masih banyak pagelaran-pagelaran lain yang menunggu untuk kita santap
bersama?

maka, marilah kita mulai semuanya dari sini.
mari kita jadikan awalan ini sebagai tonggak yang akan melambungkan nama kita di
tepian surga sana. Biarlah saja Allah yang kan menilai kerja kita. insa-Allah, kita ikhlas
melakukan ini semua karna berharap ridho dari-Nya.

kawan, saya ingin sedikit berkisah tentang perlombaan kita hari ini.

dia ini bermula:
mulanya, ada seorang sobat yang melemparkan sms ke HP saya di malam minggu kelabu.
“Ali, antum jadi ikut kompetisi besok
aih, kompetisi apa
darrrr…
tiba-tiba memori ini mengingat akan sesuatu yang sudah timbul tenggelam di kepala.
lomba itu. lomba penulisan cerpen di masjid dekat rumah Anggun.
astaghfirullah, saya lupa sekali.
tak mau menambah beban diri dan orang lain.
langsung saja sejurus saya balas sms orang itu, orang yang bernama pena Teacool.
“af1 ya ukhti, saya lupa berat all bout lomba itu. lagi pula, saya belum daftar. dan satu
lagi yang paling penting. saya belum buat cerpennya dan belum pula pernah merangkai
kata utuk dijadikan sebuah cerpen. walau hanya sesaat. walau hanya sekali. ingat loh, saya baru belajar nulis yang tercatat dalam lembar sejarah pada tanggal 26 Juni 2009. jadi, sangat berpotensi besar untuk saya menggunakan strategi gencatan senjata sebelum berperang. af1 ya mba Teacool”.

belum puas, dia membalas
“Teacool juga belom buat kok Li cerpennya (gumaman saya: tapi kan antum dah biasa
buat cerpen!!). en then, Anggun bertutur bahwa masih diberikan nyawa bagi begundal-
begundal yang belum mengklarifikasi diri (ngerepotin aja)”.

belum sempat saya membalas, dia menyodorkan sekelumit sms yang sangat singkat-padat-
en jelas.
“Kita tunggu jam7.30 pagi di sana. Oce”.
busyet dah. pemaksaan batin. Romusha.

Teacool bilang bahwa yang akan berlaga di medan jihad itu adalah para shahidah-syahidah
penuh daya juang. dia itu bernama pena: teacool, dee, en lhinblue)

“lho mba, itu dah 3 orang jawara yang akan berpartisipasi. pemeringkatannya kan cuma ampe
rengking 1,2, en 3). jadi ngapain ngajak-ngajak saya? kan udah dapat dipastikan juaranya”.

sebenarnya, setelah saya mengetahui bahwa yang akan berlaga di medan jihad itu adalah
ke-3 orang itu. entah kenapa, hati saya demikian riangannya. serasa hanya memiliki bobot tubuh seberat 10 kilo saja. di perjalanan pulang menuju rumah tercinta, tak henti-hentinya
saya bersiul ria. aih, indah betul hidup ini.

ceritanya berlanjut hingga ke rumah.
sesampai di rumah, entah kenapa serasa ingin membaca sesuatu tentang cerpen.
banyak pertanyaan yang tumpang tindih di dalam benak.
mulai dari, “bagaimana cara buat cerpen? harus berapa halaman? dia fiksi or non-fiksi?
pake kata ganti orang ke berapa?” dan seterusnya dan seterusnya.

pertanyaan-pertanyaan itulah yang memaksaku untuk mengambil buku yang sebenarnya
sudah demikian lama kulihat -di dalam kamar kakak ku-, tapi, aku demikian malasnya
untuk membacanya. aku mafhum akan hal yang satu ini. aku tak terlalu condong dengan cerpen. bagiku saat itu, cerpen tak bisa merangsang dan menggelitik otakku. seingatku, hanya ada beberapa cerpen yang pernah ku baca. itu juga dulu, jauh ketika kaki ini berada di fase SMA.  diantaranya, cerpen yang berjudul:
“Robohnya Surau Kami” karya AA Navis itu. tentu kawan juga sudah tau akan karya fenomenal itu.

meskipun aku malas untuk membaca buku berjudul -“Nyanyian Cinta: Antologi Cerpen Santri Pilihan” karya bBrsama Santri-Santri tob Nusantara”. dia itu diantaranya: K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus), Ahmadun Yosi Herfanda, Habiburrahman El Shirazy, Abidah El Khalieqy, Prei GS, dkk. totalnya semua ada 12 pengarang-, aku tetap memaksa diri untuk segera membacanya.

mula-mula, kubolak-balik tu buku. 10 menit berjalan, sudah menguap lebar mulut ini. kepala serasa amat pening. “Inilah dampak membaca cerpen”, gumamku.
Namun,
jrenggggg

tatkala aku sampai pada halaman 90, kubaca judulnya, kucermati liukan kata-katanya. ah, tulisan apa ini. coba kubaca. loh, loh, loh, tulisan apa ini. mengapa bisa seperti ini. sarafku tersetrum. aku terbius. secepat kilat kukunyah cerpen dengan judul, “Hidup El Maut!” itu. aku belum puas, kubaca untuk yang ke dua kalinya. belum puas juga. kubaca untuk yang ke tiga kalinya. kali ini, desiran angin berhembus sepoi-sepoi ke sekujur tubuhku. ada perasaan candu yang sempat tersalurkan. kulirik baik-baik nama yang tersemat di bawah judul itu. dan kubaca, “Abidah El Khalieqy”. siapa ia? belum pernah aku mengenalnya. apalagi membaca karyanya. tapi mengapa tulisannya bisa seperti itu. aku dibuat mabuk kepayang oleh cerita yang hanya 10 halaman itu. kucoba lihat biodata sang pengarang di bagian paling belakang tubuh buku. Astaghfirullahal adzim, orang ini memiliki prestasi yang teramat banyaknya. bodohnya saya aja yang tak mengenal orang sekaliber beliau. dan sekarang ku tahu yang kumau. aku akan buru karya-karyanya yang lain. dia ini: “Ibuku Laut Berkobar (1987), Perempuan Berkalung Sorban (2000), Menari Di Atas Gunting (2001), dan Atas Singgasana (2002).

esok paginya, kulirik lagi buku itu. kubaca lagi untuk yang ke empat kalinya dari cerpen dahsyat itu. setelah membaca, hasratku berkobar-kobar. aku ingin ikut pagelaran itu. aku harus ikut. aku harus ikut. itulah kawan pengaruh kuat dari bahan bacaan, kalau kau mau tahu. tapi apa lacur, tak usahlah kau dengarkan perkataan orang senaif aku ini.

yah, aku ingin ikut. tapi, apa yang harus aku tulis untuk lomba nanti. tak tenang diri ini. aku hilir mudik di dalam rumah sambil memikirkan, apa yang harus kutulis nanti. setengah jam aku bolak balik dari ujung dapur hingga ujung ruang tamu. dan darrrrr, tiba-tiba, aurora ini bertaburan mengangkasa. aku dapat. aku dapat. ini lah temanya. “BTA LA”. dahsyat betul tema ini.

berangkatlah aku dengan iring-iringan tangan dari sang Emak. “Selamat berjuang nak”, Emakku memompa semangatku. sejurus aku tak mau kehilangan moment penting di sudut rumahku. kukecup kedua pipi Emakku itu. say hallo dengan salam kuhanturkan. dan juga, “doain Ali ya Mak biar tetep rajin minum susu”

berangkatttt…
ngeeeeeeenggggg..
tititttitttttttttt..
minggirrr..
abang Ali mau lewatttt. kasih jalannnn.

hikkkkkk..
sampailah aku dengan sang “Pacar”. Pemandangan menakjubkan kusaksikan dengan mata telanjangku. di sana, di tempat itu, tempat perlombaan itu, kulihat dengan kekaguman bercampur keheranan serta keraguan. mengapa isinya ahwat semua?? tak adakah Ihwan di dunia ini? tapi, jangkar telah di angkat, layar telah terkembang. tak akan surut nyaliku walau sesaat. Aku harus tetap maju. maju tak gentar, karna aku gemetarrrr.

3 orang syahidah (padahal cuma satu orang) menyapaku. kuliahat dari ombakan jubah zoronya agak terheran-heran. “dateng juga lo”, mungkin itu gumam mereka. Bener ga?

karna saya udah mulai ngantuk, dipersingkat aja ya ceritanya?!
singkat cerita, lomba dimualai. kriterianya adalah: pemilihan tema, alur, gaya bahasa, kerapihan”. aduh mak nyaa. dari ke empat kriteria itu, tak satupun yang kugenggam. bagaimana ini? tapi biarlah, bukankah aku sudah sampai ke tempat ini?

satu hal keuntunganku. waktu perlombaan ini adalah pagi hari. dan perlu kau tahu kawan bahwa waktu produktifku untuk menulis adalah dari pasca subuh hingga matahari tepat di atas umbun-umbun kepala. jadi, kupastikan, untaian kalimat yang akan kuluncurkan melalui liukan-liukan pena, akan menderas seperti aliran sungai dari Bogor ke Jakarta saat musim hujan. derasnya, tak dapat terbendung.

kutulis semuanya yang ada di benak. aku tak berlatih dahulu di rumah. tak pernah kutulis cerpen dengan tema itu. atau cerpen dengan tema-tema lain. itulah cerpen pertamaku. itulah cerpen yang langsung kubuat pada saat itu juga. di akhir acara, aku sempat tertawa sendiri. “yang kubuat itu, cerpen bukan ya?” ah, masa bodo amat. amat aja suka masa bodo.

tulisan selesai, lomba selesai. dan abangnya bersiap-siap untuk pulang. aku pamit pada dewan juri dan juga pada ke-3 mujahadah penuh daya juang itu. kucuap sebentar pada mereka, “semuanya, saya pulang duluan ya. susahlah pokoknya ngelawan kalian bertiga”.

di perjalanan pulang, tak sedikitpun aku memikirkan perlombaan itu. semuanya berlalu begitu saja. hingga ketika aku sampai di rumah. sms masuk melalui jendela dunia.
ini kubuatkan sms asli salah seorang dari ketiga mujahadah itu.

“Asslm,alii!
Alhamd ada satu
diantara qt yan9
menan9,
juara 3…

Dia itu…

Aliii…”

[Nur Ali Muchtar / DSI MII / BTA LA]

https://alymerenung.wordpress.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Total Kunjungan:

  • 661,491 hits

Follow me on Twitter

Yang Lagi OL

PageRank

Kenal Lebih Dekat di:

%d bloggers like this: