Nur Ali Muchtar

Sekedar Mengikat

Posted on: September 22, 2009

teman, kenal Gandhi??
cari tau lah dia itu orang
ada 6 dosa sosial menurut dia orang:
1. Perniagaan tanpa moralitas
2. Politik tanpa etika
3. Sains (Pengetahuan) tanpa humanitas
4. Peribadatan tanpa pengorbanan
5. Kekayaan tanpa kerja keras
6. Kesenangan tanpa nurani

Oik,
hari sabtu, 12 Sepetember 2009, hari beruntung yang terjadi secara kebetulan -untuk daku, Al-
pergi ke TM bookstore, Detos pas ada bedah buku Life Excellence bersama sang penulis Reza M Syarief -pemecah rekor MURI untuk motivator terlama dalam berbicara, 24 jam-
ada satu hal ini yang menurut daku perlu diperhatikan

dia ini:
orang yang paling unggul adalah dia yang memiliki keterampilan dalam berkomunikasi. tapi teman, keterampilan berkomunikasi ini bukan meruncing melulu hanya ngoceh lewat mulut. divergen lebih jauh, dia meliputi 5 aspek kemampuan berikut:

1. kemampuan mendengarkan (haruslah pendengar empatik)
2. kemampuan memperhatikan
3. kemampuan berbicara
4. kemampuan menulis
5. kemampuan membaca

nah lo, ternyata, untuk bisa menjadi manusia unggul, kita harus memiliki kelima aspek dia itu. ternyata, makna kata komunikasi itu tak sesempit yang, dalam hal ini saya bayangkan.
dan menurut Ust. Reza itu, untuk bisa menguasai yang kelima hal tersebut di atas, cara terampuh adalah dengan membuang semua limit (batasan) yang mungkin hinggap dalam diri kita

jadi, mengapa musti takut untuk menulis?
takut diketawain?
takut dicibir?
takut dibilang curhat?
takut belum melakukan apa yang kita tulis?
takut tulisannya dibilang bagus?
takut terkenal?
takut-takut yang lain?

ah teman, bukankah untuk menulis kita harus dulu membaca? jika dua ini kita lakukan, maka 2 point telah kita raih. point 4 dan 5. dan berdasarkan pengamatan daku, khususnya untuk orang-orang yang menulis, pabila mereka telah bisa menghasilkan karya untuk dunia, lama kelamaan pastilah mereka terbiasa untuk berbicara. lho iya dong, bukankah mereka sering disuruh untuk berkhutbah cuap-cuapin apa yang mereka tulis? ya toh! Point 3 ditangan.
en then, bukankah penulis itu haruslah seorang pengamat yang ulung? kenapa? seorang penulis haruslah bisa mendeskripsikan segala sesutu yang ingin ditulis dengan gambaran yang sangat detail. haruslah jelas. haruslah bisa membuat seseorang yang membaca karyanya merasakan bayangan yang utuh dari pemaparannya.
jadi, jelas disini bahwa kemampuan mengamati mutlak harus dimiliki oleh seorang penulis. point dua Insya-Allah diraih.
then, yang terakhir, yang ke satu. mendengarkan dengan empatik. ada yang bisa menjelaskan?

kesimpulannya: mengapa mesti takut untuk menulis. ya toh!
kalo masih takut juga dengan cibiran orang lain, yuk kita simak pejelasan dari Ersis Warmsyah Abbas. di dalam bukunya yang berjudul Virus Menulis Zikir Menulis, dia orang jelasin gini:
biasanya, orang-orang yang suka mencibir orang-orang yang suka menulis adalah orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menulis

apa buktinya?
dengan gagah dia menantang: coba saja orang itu, orang yang mencemooh itu, tantang untuk menulis. bisakah ia?

dan mudah-mudahan, seperti apa yang dikatakan Gandhi di atas, semoga kita terhindar dari semua dosa sosial tersebut. terkait dengan yang daku tulis, dia itu point ketiga: sains tanpa humanitas. harapannya adalah semoga apa-apa yang kita tulis bermanfaat tidak hanya untuk kita tapi bisa divergen menggeliat menjangkau semesta.
sepokat tak??

wallahualam
daku, Al

[Nur Ali Muchtar / DSI MII / BTA LA]
https://alymerenung.wordpress.com

“SEKEDAR MENGIKAT”

teman, kenal Gandhi??
cari tau lah dia itu orang
ada 6 dosa sosial menurut dia orang:
1. Perniagaan tanpa moralitas
2. Politik tanpa etika
3. Sains (Pengetahuan) tanpa humanitas
4. Peribadatan tanpa pengorbanan
5. Kekayaan tanpa kerja keras
6. Kesenangan tanpa nurani

Oik,
hari sabtu, 12 Sepetember 2009, hari beruntung yang terjadi secara kebetulan -untuk daku, Al-
pergi ke TM bookstore, Detos pas ada bedah buku Life Excellence bersama sang penulis Reza M Syarief -pemecah rekor MURI untuk motivator terlama dalam berbicara, 24 jam-
ada satu hal ini yang menurut daku perlu diperhatikan

dia ini:
orang yang paling unggul adalah dia yang memiliki keterampilan dalam berkomunikasi. tapi teman, keterampilan berkomunikasi ini bukan meruncing melulu hanya ngoceh lewat mulut. divergen lebih jauh, dia meliputi 5 aspek kemampuan berikut:
1. kemampuan mendengarkan (haruslah pendengar empatik)
2. kemampuan memperhatikan
3. kemampuan berbicara
4. kemampuan menulis
5. kemampuan membaca

nah lo, ternyata, untuk bisa menjadi manusia unggul, kita harus memiliki kelima aspek dia itu. ternyata, makna kata komunikasi itu tak sesempit yang, dalam hal ini saya bayangkan.
dan menurut Ust. Reza itu, untuk bisa menguasai yang kelima hal tersebut di atas, cara terampuh adalah dengan membuang semua limit (batasan) yang mungkin hinggap dalam diri kita

jadi, mengapa musti takut untuk menulis?
takut diketawain?
takut dicibir?
takut dibilang curhat?
takut belum melakukan apa yang kita tulis?
takut tulisannya dibilang bagus?
takut terkenal?
takut-takut yang lain?

ah teman, bukankah untuk menulis kita harus dulu membaca? jika dua ini kita lakukan, maka 2 point telah kita raih. point 4 dan 5. dan berdasarkan pengamatan daku, khususnya untuk orang-orang yang menulis, pabila mereka telah bisa menghasilkan karya untuk dunia, lama kelamaan pastilah mereka terbiasa untuk berbicara. lho iya dong, bukankah mereka sering disuruh untuk berkhutbah cuap-cuapin apa yang mereka tulis? ya toh! Point 3 ditangan.
en then, bukankah penulis itu haruslah seorang pengamat yang ulung? kenapa? seorang penulis haruslah bisa mendeskripsikan segala sesutu yang ingin ditulis dengan gambaran yang sangat detail. haruslah jelas. haruslah bisa membuat seseorang yang membaca karyanya merasakan bayangan yang utuh dari pemaparannya.
jadi, jelas disini bahwa kemampuan mengamati mutlak harus dimiliki oleh seorang penulis. point dua Insya-Allah diraih.
then, yang terakhir, yang ke satu. mendengarkan dengan empatik. ada yang bisa menjelaskan?

kesimpulannya: mengapa mesti takut untuk menulis. ya toh!
kalo masih takut juga dengan cibiran orang lain, yuk kita simak pejelasan dari Ersis Warmsyah Abbas. di dalam bukunya yang berjudul Virus Menulis Zikir Menulis, dia orang jelasin gini:
biasanya, orang-orang yang suka mencibir orang-orang yang suka menulis adalah orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk menulis

apa buktinya?
dengan gagah dia menantang: coba saja orang itu, orang yang mencemooh itu, tantang untuk menulis. bisakah ia?

dan mudah-mudahan, seperti apa yang dikatakan Gandhi di atas, semoga kita terhindar dari semua dosa sosial tersebut. terkait dengan yang daku tulis, dia itu point ketiga: sains tanpa humanitas. harapannya adalah semoga apa-apa yang kita tulis bermanfaat tidak hanya untuk kita tapi bisa divergen menggeliat menjangkau semesta.
sepokat tak??

wallahualam
daku, Al

[Nur Ali Muchtar / DSI MII / BTA LA]

https://alymerenung.wordpress.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Total Kunjungan:

  • 661,491 hits

Follow me on Twitter

Yang Lagi OL

PageRank

Kenal Lebih Dekat di:

%d bloggers like this: