Hobi Gabres Telor Bebek Sejak Kecil
Posted October 10, 2009
on:Kawanku yang baik hati, apa makanan favorite kalian? Mengapa makanan itu begitu kalian gemari? Apakah fungsi waktu mempengaruhi pemeringkatan makanan favorite tersebut? Maksud saya, apakah makanan yang menjadi favorite kita itu haruslah makanan yang sering dan always kita makan serta dalam jangka waktu yang lama secara terus menerus kita masih tetap mengonsumsi makanan tersebut? Saya akan berbagi sedikit mengenai makanan favorite versi saya. Begini ini ceritanya:
Jika fungsi waktu ikut berperan aktif di sini, maka saya akan mengatakan bahwa makanan favorite saya adalah telur BEBEK. Pasalnya adalah bahwa saya telah menggabres sumber protein yang berbentuk bulat dengan cangkang di luarnya ini sejak kecil. Bahkan jauh tahun sebelum saya masuk institusi akademisi setingkat SD. Dan sampai dengan saat ini saya masih mengonsumsi makanan yang satu ini. Hampir setiap hari dan tidak pernah bosan.
Saya ingat dulu di rumah -bahkan hingga sekarang-, emak saya selalu mencekoki saya dengan makanan yang sering disamakan dengan mata sapi itu. Sejak kecil, menu breakfast saya selalu ini: nasi goreng, telor bebek (baik ceplok, dadar, dipucungin, dicabein, racikan saya sendiri, de el el), kerupuk, dan segelas susu. Itulah menu pagi saya hingga saat ini. Anehnya, saya tidak pernah bosan untuk melahap semua makanan itu.
Kenapa emak saya itu sering menjejali saya dengan tolur bebek? Alasannya adalah karena kami memiliki stock telur bebek yang bisa dibilang melimpah ruah. Hal ini dikarenakan saya memiliki ternak bebek di rumah. Jadi, untuk mendapatkan sebutir dua butir telur bebek adalah suatu hal yang mudah bagi saya. Di rumah saya ada sekitar 100an bebek petelur. Jika pagi, kami hanya tinggal memunguti telur-telur yang berserakan di kandangnya itu. Dari 100an bebek itu, memang tidak semua menghasilkan telur. Biasanya, rata-rata kami memperoleh sekitar 40an telur setiap paginya.
Berbicara mengenai bebek, saya teringat akan potongan kisah masa kecil saya. Jika pagi, bebek-bebek itu segera diumbar. Kami biarkan ia pergi berkelana ke seantero sawah yang posisinya tepat di belakang rumah kami. Kami baru memanggilnya kembali utuk masuk kandang sekitar pukul 17.00 sore. Biasanya mereka, bebek-bebek itu bertelur saat malam hari. Namun ada juga yang bertelur di siang hari. Jika mereka bertelur di siang hari, otomatis mereka tidak bertelur di dalam kandang. Mereka mencecerkan telurnya itu di sembarang tempat. Seenak udelnya saja. Jika mereka adalah bebek yang pemalu, maka mereka akan mencari semak-semak yang ditumbuhi rumput dan alang-alang untuk tempat mereka mengeluarkan isi perutnya itu. Jika mereka adalah bebek yang terkesan ceroboh, maka mereka akan menggelontorkan mutiaranya itu sambil jalan dan setelah mengeluarkan unek-uneknya itu, mereka akan berteriak wek wek wek seolah ingin meledek kami, para manusia, karena telah dijatuhkan bom lewat duburnya itu. Atau, terkadang mereka akan bertelur saat berenang di belakang kobakan yang ada di samping sawah di belakang rumah kami. Nah kawan, episode yang paling menyenangkan bagi saya semasa kecil adalah jika hujan datang, saya akan bertelanjang dada untuk sejurus kemudian pergi menuju kobakan itu, dan di kobakan itulah aksi selam-menyelam saya lakukan untuk mecari telor yang terbenam bak harta karun di tengah samudera.
Jika saya sedang butuh duit karena ingin beli permen dan balon, maka saya akan pergi ke semak-semak tempat para bebek itu bercengkrama satu dengan lainnya. Jika nasib sedang berpihak pada saya, dan saya bisa mendapatkan satu dua tiga atau lebih telur, maka jadilah saya membeli permen dan balon itu. Jika saya bisa menemukan telur dengan jumlah yang banyak, maka jadilah saya saat itu juragan telur yang nantinya telur itu bisa saya gantikan dengan uang pada orang tua saya. Jadi, sejak kecil saya sudah memiliki penghasilan yaitu menunggui dan mengintipi bebek-bebek yang sedang bersarang untuk mengeluarkan harta karunnya itu. Persaingan terjadi jika adik saya ngotot ingin menjadi juragan yang lain. Jika perebutan sudah tak dapat dielakkan, maka biasanya saya dan adik saya itu akan adu jotos di tengah semak-semak. Yang mengaku kalah harus merelakan diri dipermalukan dengan ejekan belakang pantat.
Itulah kawan sekelumit kisah masa kecil saya. Dan bisa jadi bahwa pertumbuhan otak dan kesehatan body saya ini sedikit banyak dipengaruhi oleh telur-telur yang saya makan itu. Sukakah kawanku dengan telur bebek? Jika suka, bisa pesan ke saya. Hihihi. Juragan telor nih!!
Nb: meski saya sering melahap telur bebek, saya jarang menggabres daging bebek sediri. Kenapa ya?
Leave a Reply