PESONA MATEMATIKA NEGERI KINCIR ANGIN
Posted April 14, 2010
on:
tulisan ini diikutsertakan dalam ajang kompetisi blog (kompetiblog2010) studi di Belanda yang diadakan oleh Nuffic Neso Indonesia dengan tema: “Dutch innovation, in my opinion”
Pada umumnya, negara-negara di Eropa memiliki tradisi ilmu pengetahuan yang sangat mengagumkan. Tak terkecuali dengan Belanda. Negara yang memiliki nama asli Koninkrijk der Nederlanden (Kerajaan Tanah-Tanah Rendah) ini terkenal dengan beragam inovasinya di dalam ilmu pengetahuan. Dan, ketika membicarakan ilmu pengetahuan, tidak lengkap jika tidak menyebutkan matematika sebagai salah satu unsur penunjang di dalamnya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam membangun inovasi suatu negara di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Mungkin karena matematika merupakan ratu sekaligus pelayan dari ilmu-ilmu lain yang menyebabkan matematika menempati ruang spesial dalam ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu eksak.
Kita menyadari bahwa sejak dahulu kala, Belanda memegang peranan yang sangat penting dalam budaya ilmu pengetahuan dunia. Kita dapat menemukan sederetan tokoh asal Belanda yang menghasilkan penemuan-penemuan penting yang sangat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak orang berlomba-lomba untuk bisa mengecap manisnya menuntut ilmu di sana. Tak terkecuali dengan senior saya di Matematika UI. Namanya Novi Herawati Bong. Berbekal predikat lulusan terbaik UI tahun 2008 dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 3.93, dia berangkat ke Negeri Dam itu untuk melanjutkan studi masternya di bidang matematika. Universitas Leiden yang merupakan universitas dengan peringkat 60 dunia (versi THE-QS) menjadi batu loncatan beliau untuk merengkuh mimpinya menjadi matematikawan jempolan Indonesia di masa yang akan datang.
Tidak hanya senior saya tadi, masih banyak sekali matematikawan jempolan asal Indonesia yang merupakan jebolan salah satu universitas negeri keju itu. Satu diantaranya adalah Hadi Susanto. Pria muda yang berhasil menggondol gelar doktor di usia 27 tahun ini merupakan lulusan Universitas Twente Belanda. Ia yang juga merupakan lulusan terbaik ITB tahun 2002, yang telah memproduksi 26 karya tulis internasional, kini mengajar di Universitas Nottingham, Inggris sambil terus memahatkan namanya dalam legenda matematikawan dunia.
Contoh lainnya adalah Yogi Ahmad Erlangga. Ia menyelesaikan program doktornya dari Universitas Delft (peringkat 78 dunia versi THE-QS) Belanda. Urang asli Tasikmalaya yang juga merupakan lulusan Teknik Penerbangan ITB dengan predikat cum laude ini namanya mencuat kepermukaan setelah dirinya berhasil memecahkan Persamaan Helmholtz yang sudah berumur 30 tahun (belum terpecahkan selama 30 tahun). Penemuan ini menjadi tonggak penting perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan salah satu aplikasinya adalah bisa digunakan untuk mempercepat pencarian sumber-sumber minyak bumi.
Deretan tokoh-tokoh yang saya sebutkan di atas hanyalah segelintir orang Indonesia lulusan salah satu universitas terbaik Belanda. Tentunya masih banyak sekali yang tidak saya sebutkan disini. Ini hanyalah segelintir contoh saja bahwa universitas-universitas top Belanda bisa dijadikan sebagai alternatif bagi kita untuk menimba ilmu yang tinggi dan mendalam. Dalam hal ini adalah matematika.
Jika tadi kita membicarakan orang-orang Indonesia yang merantau hingga ke negeri Holland untuk belajar matematika, maka sekarang kita akan melihat para pujangga matematika yang mereka miliki. Hal ini tentu sangat berkaitan sekali mengingat kita tidak bisa mengklaim suatu negara maju disuatu bidang ilmu pengetahuan sedang mereka tidak memiliki stok yang melimpah bagi para penggeraknya.
Sama seperti Amerika dan negara-negara Eropa lain semisal: Yunani, Perancis, Jerman dan Itali, Belanda memiliki sederetan pakar matematika jempolan tingkat dunia. Mulai dari matematikawan sekaligus fisikawan lulusan Universitas Leiden, Hans Kristian Huygens yang hidup pada periode 1629-1695 M. Hingga Hans Freudenthal yang hidup pada periode 1905-1990 M yang merupakan penggagas RME (Realistic Mathematic Education) dan merupakan pendiri Freudenthal Institute. Disamping kedua orang tersebut, Belanda masih memiliki banyak matematikawan gaek yang lain seperti: Jacobus Hendricus Van Lint, Willebrord Snellius, Frederik Van Der Blij, Isaac Beeckman, Thomas Joannes Stieltjes, Luitzen Egbertus Jan Brouwer, Daniel Bernoulli, dan lain-lain.
Hans Freudenthal
sumber gambar: sini
Di atas telah sedikit disinggung mengenai RME (Realistic Mathematic Education) atau Pendidikan Matematika Realistik. RME ini merupakan inovasi teranyar buah karya bangsa Belanda yang saat ini banyak diadopsi oleh bangsa-bangsa lain di dunia seperti: Amerika Serikat, Afrika Selatan, Beberapa negara Eropa, Asia dan Amerika Latin. RME dikembangkan oleh Hans Freudental pada tahun 1973 (sekitar 35-40 tahun yang lalu) yang merupakan suatu model baru dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran berbasis RME ini lebih menekankan pada pemberdayaan siswa. Artinya, guru tidak lagi memegang peran sentral dalam proses belajar mengajar dengan cara menjejali siswa dengan setumpuk materi. Akan tetapi dalam RME ini, pola tradisional seperti itu telah dihilangkan. Siswalah yang harus berperan aktif dalam memecahkan masalah. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang terus memberikan pengarahan serta terus mengayomi siswa didiknya. Sehingga terjadi suatu perubahan paradigma pembelajaran dari mengajar menjadi belajar disini.
Di Indonesia sendiri, RME telah diadaptasi menjadi suatu gerakan yang dinamakan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) dengan sedikit penyesuaian dalam konteks ke-Indonesiaan: Budaya, Alam, Sistem Sosial, dan lain-lainnya. Terbentuknya PRMI di Indonesia merupakan sebuah upaya untuk mereformasi pendidikan matematika di Indonesia yang dimotori oleh Prof. RK Sembiring dkk.
Adapun sebagai upaya untuk terus memperdalam konsep RME ini, pemerintah melalui diknas telah mengirim belasan dosen dari universitas-universitas yang tersebar di seluruh Indonesia untuk belajar dari negeri asalnya, Belanda. Dan hingga sekarang, telah ada sekitar 500 LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) di Indonesia. Tentu hal ini masih belum cukup sehingga masih perlu untuk terus dikembangkan dan disempurnakan.
Dari sekelumit uraian di atas, kita menyadari bahwa bangsa kita masih perlu belajar dari negar-negara maju seperti Belanda. Bolehlah kita pakai kalimat: “Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Belanda” untuk memotivasi kita agar tak pernah ada kata puas dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Kita menyadari bahwa ilmu pengetahuan terus berkembang setiap harinya. Jika bangsa kita tidak ingin terus tertinggal dan tergerus oleh arus zaman, sekaranglah saatnya untuk mengembangkan inovasi di setiap bidang. Dan sebagai langkah awalnya, memang kita harus belajar dari bangsa lain seperti bangsa Belanda yang sudah maju lebih dahulu. Jadi, kapan giliran Anda belajar hingga ke negeri Belanda? 😛
Bendera Belanda
sumber: sini
referensi:
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda
2. http://www.topuniversities.com/
3. http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Dutch_mathematicians
4. http://www.pmri.or.id/
Pada umumnya, negara-negara di Eropa memiliki tradisi ilmu pengetahuan yang sangat tinggi. Tak terkecuali dengan Belanda. Negara yang memiliki nama asli Koninkrijk der Nederlanden (Kerajaan Tanah-Tanah Rendah) ini terkenal dengan beragam inovasinya di dalam ilmu pengetahuan. Dan, ketika membicarakan ilmu pengetahuan, tidak lengkap jika tidak menyebutkan matematika sebagai salah satu unsur penunjang di dalamnya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting dalam membangun inovasi suatu negara di dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Mungkin karena matematika merupakan ratu sekaligus pelayan dari ilmu-ilmu lain yang menyebabkan matematika menempati ruang spesial dalam ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu eksak.
Kita menyadari bahwa sejak dahulu kala, Belanda memegang peranan yang sangat penting dalam budaya ilmu pengetahuan dunia. Kita dapat menemukan sederetan tokoh asal Belanda yang menghasilkan penemuan-penemuan penting yang sangat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak orang berlomba-lomba untuk bisa mengecap manisnya menuntut ilmu di sana. Tak terkecuali dengan senior saya di Matematika UI. Namanya Novi Herawati Bong. Berbekal predikat lulusan terbaik UI tahun 2008 dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 3.93, dia berangkat ke Negeri Dam itu untuk melanjutkan studi masternya di bidang matematika. Universitas Leiden yang merupakan universitas dengan peringkat 60 dunia (versi THE-QS: http://www.topuniversities.com/university-rankings/world-university-rankings/2009/results) menjadi batu loncatan beliau untuk merengkuh mimpinya menjadi matematikawan jempolan Indonesia di masa yang akan datang.
Tidak hanya senior saya tadi, masih banyak sekali matematikawan jempolan asal Indonesia yang merupakan jebolan salah satu universitas negeri keju itu. Satu diantaranya adalah Hadi Susanto. Pria muda yang berhasil menggondol gelar doktor di usia 27 tahun ini merupakan lulusan Universitas Twente Belanda. Ia yang juga merupakan lulusan terbaik ITB tahun 2002, yang telah memproduksi 26 karya tulis internasional, kini mengajar di Universitas Nottingham, Inggris sambil terus memahatkan namanya dalam legenda matematikawan dunia.
Contoh lainnya adalah Yogi Ahmad Erlangga. Ia menyelesaikan program doktornya dari Universitas Delft (peringkat 78 dunia versi THE-QS) Belanda. Urang asli Tasikmalaya yang juga merupakan lulusan Teknik Penerbangan ITB dengan predikat cum laude ini namanya mencuat kepermukaan setelah dirinya berhasil memecahkan Persamaan Helmholtz yang sudah berumur 30 tahun (belum terpecahkan selama 30 tahun). Penemuan ini menjadi tonggak penting perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan salah satu aplikasinya adalah bisa digunakan untuk mempercepat pencarian sumber-sumber minyak bumi.
Deretan tokoh-tokoh yang saya sebutkan di atas hanyalah segelintir orang Indonesia lulusan salah satu universitas terbaik negeri Belanda. Tentunya masih banyak sekali yang tidak saya sebutkan disini. Ini hanyalah segelintir contoh saja bahwa universitas-universitas top Belanda bisa dijadikan sebagai alternatif bagi kita untuk menimba ilmu yang tinggi dan mendalam. Dalam hal ini adalah matematika.
Jika tadi kita membicarakan orang-orang Indonesia yang merantau hingga ke negeri Holland untuk belajar matematika, maka sekarang kita akan melihat para pujangga matematika yang mereka miliki. Hal ini tentu sangat berkaitan sekali mengingat kita tidak bisa mengklaim suatu negara maju disuatu bidang ilmu pengetahuan sedang mereka tidak memiliki stok yang melimpah bagi para penggeraknya.
Sama seperti Amerika dan negara-negara Eropa lain semisal: Yunani, Perancis, Jerman dan Itali, Belanda memiliki sederetan pakar matematika jempolan tingkat dunia. Mulai dari matematikawan sekaligus fisikawan lulusan Universitas Leiden, Hans Kristian Huygens yang hidup pada periode 1629-1695 M. Hingga Hans Freudenthal yang hidup pada periode 1905-1990 M yang merupakan penggagas RME (Realistic Mathematic Education) dan merupakan pendiri Freudenthal Institute. Disamping kedua orang tersebut, Belanda masih memiliki banyak matematikawan gaek yang lain seperti: Jacobus Hendricus Van Lint, Willebrord Snellius, Frederik Van Der Blij, Isaac Beeckman, Thomas Joannes Stieltjes, Luitzen Egbertus Jan Brouwer, Daniel Bernoulli, dan lain-lain.
Di atas telah sedikit disinggung mengenai RME (Realistic Mathematic Education) atau Pendidikan Matematika Realistik. RME ini merupakan inovasi teranyar buah karya bangsa Belanda yang saat ini banyak diadopsi oleh bangsa-bangsa lain di dunia seperti: Amerika Serikat, Afrika Selatan, Beberapa negara Eropa, Asia dan Amerika Latin. RME dikembangkan oleh Hans Freudental pada tahun 1973 (sekitar 35-40 tahun yang lalu) yang merupakan suatu model baru dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran berbasis RME ini lebih menekankan pada pemberdayaan siswa. Artinya, guru tidak lagi memegang peran sentral dalam proses belajar mengajar dengan cara menjejali siswa dengan setumpuk materi. Akan tetapi dalam RME ini, pola tradisional seperti itu telah dihilangkan. Siswalah yang harus berperan aktif dalam memecahkan masalah. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang terus memberikan pengarahan serta terus mengayomi siswa didiknya. Sehingga terjadi suatu perubahan paradigma pembelajaran dari belajar menjadi mengajar disini.
Di Indonesia sendiri, RME telah diadaptasi menjadi suatu gerakan yang dinamakan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) dengan sedikit penyesuaian dalam konteks ke-Indonesiaan: Budaya, Alam, Sistem Sosial, dan lain-lainnya. Terbentuknya PRMI di Indonesia merupakan sebuah upaya untuk mereformasi pendidikan matematika di Indonesia yang dimotori oleh Prof. RK Sembiring dkk.
Adapun sebagai upaya untuk terus memperdalam konsep RME ini, pemerintah melalui diknas telah mengirim belasan dosen dari universitas-universitas yang tersebar di seluruh Indonesia untuk belajar dari negeri asalnya, Belanda. Dan hingga sekarang, telah ada sekitar 500 LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) di Indonesia. Tentu hal ini masih belum cukup sehingga masih perlu untuk terus dikembangkan dan disempurnakan.
Dari sekelumit uraian di atas, kita menyadari bahwa bangsa kita masih perlu belajar dari negar-negara maju seperti Belanda. Bolehlah kita pakai kalimat: “Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Belanda” untuk memotivasi kita agar tak pernah ada kata puas dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Kita menyadari bahwa ilmu pengetahuan terus berkembang setiap harinya. Jika bangsa kita tidak ingin terus tertinggal dan tergerus oleh arus zaman, sekaranglah saatnya untuk mengembangkan inovasi di setiap bidang. Dan sebagai langkah awalnya, memang kita harus belajar dari bangsa lain seperti bangsa Belanda yang sudah maju lebih dahulu. Jadi, kapan giliran anda belajar hingga ke negeri Belanda?
67 Responses to "PESONA MATEMATIKA NEGERI KINCIR ANGIN"

Tapi saya tidak terlalu pandai dalam mata pelajaran matematika. Mumet rasanya. Namun bangsa Indonesia memang rasanya perlu mencontoh bangsa Belanda tentang masalah Pendidikan yang sekarang ini sering menjadi polemik di dlm negeri, terlebih lagi soal UNAS 😛

yuph, mudah-mudahan bangsa kita adalah bangsa yang mau dan tidak pernah sungkan-sungkan untuk belajar dari bangsa manapun selama itu baik untuk bangsa kita. semoga kedepannya bangsa kita bisa lebih baik lagi dalam segala hal. amin



otaknya encerr banget kyk aer kali ya… 😀

hehe. otaknya sapa nieh yang encer kayak aer? 😆



Terlintas pengen ikut tapi umur saya jua yang membatasi..hiks.


Saya dulu tahunya berhitung saja 😉


ooow Blanda kuat dgn tradisi matematik y? saia pikir mreka lbh trknal dgn ekonomi n hukum, trutma dri Un.Leiden, jg Teknik di TU.Delft.. diITB bnyk rekan yg dpt beasiswa mpe ksana, syg saya anak desain (fakultas ‘aga’ anak tiri itb,hehe), krjasama dgn kmpus asing& beasiswa kluar jrang ad difsrd (ato saya mls nyari?hehe), jdi deh S2 dlm ngri. Saya sih lbh pgn keAmerika, beda dgn jrusan diS1 jg gpp,pokoke Amerika,hehe 😀
(saya blogwalking dri blog Mikha) GBU

eh maap ngmongin diri sndiri terus, heheh…sukses kuliahnya. Smg jdi matematikawan Indonesia, bhkan tingkat dunia, n bs mnemukan bnyak hal yg bs mmbngun iptek… klo prlu dpt nobel nyak? pokonya smuanya buat Indonesia yg lbh baik 😀

amin mbak. thx tuk doanya


amin mbak. thx tuk doanya
oh ya, setau saya, nobel itu ga ada tuk bidang matematika (tanya kenapa?). hehe



iya mba echa, seperti itu. banyak matematikawan indonesia yang kuliah s2 or s3nya di sana. seperti yang saya sebutkan di atas. doa saya, semoga bisa s2 (belom s2 kan?) ke amerika sana. tuntutlah ilmu setinggi-tingginya meski itu jauh, jauh sekali. demi diri kita, keluarga, lingkungan dan bangsa kita. moga niat suci kita tetap terjaga hingga akhir hayat.
btw, makasih tuk blogwalkingnya. 😛



beberapa dosen matematika ugm lulusan belanda tuh… 🙂

oh ya? wah, hebat dong. moga bisa berkontribusi lebih bagi bangsa dan negara. amin 😀



keren, terharu, dan agak miris. Indonesia masih membiarkan para berlian-berlian itu bersinar di negeri orang. Negeri ini masih bodoh karena belum bisa menghargai orang-orang hebat seperti yang telah kamu sebutkan di atas. Yang dihargai ya itu artis, bintang sinetron, dll … Ngisin-ngisini wae kata orang Jawa.
Semoga aku juga seperti mereka, berkarya di bidangku, psikologi ^_^

yuph mas. oleh karena itu, kita harus belajar setinggi-tingginya dan ambil banyak-banyak ilmu dari negara-negara maju kayak belanda. dan nanti, kalo ilmu kita sudah bisa digunakan, kita balik ke negara kita untuk ngebangun bareng-bareng negeri tercinta ini.
btw, amin mas tuk cita-citanya. semoga bisa jadi psikolog yang bermanfaat tuk orang banyak. 😛



keren, terharu, dan agak miris.
Indonesia masih membiarkan para berlian-berlian itu bersinar di negeri orang. Negeri ini masih bodoh karena belum bisa menghargai orang-orang hebat seperti yang telah kamu sebutkan di atas. Yang dihargai ya itu artis, bintang sinetron, dll … Ngisin-ngisini wae kata orang Jawa.
Semoga aku juga seperti mereka, berkarya di bidangku, psikologi ^_^


kyknya asik juga di belanda
biar jadi ilmuwan

hehe. makasih untuk komentnya. salam kenal



Walau belanda hebat dalam matematika tapi kita jg tidak boleh melupakan penemu awal ilmu matematika. Ya kan mas…?
Moga menang ya…


[…] This post was mentioned on Twitter by Nur Ali Muchtar and Nur Ali Muchtar, Nur Ali Muchtar. Nur Ali Muchtar said: PESONA MATEMATIKA NEGERI KINCIR ANGIN https://alymerenung.wordpress.com/2010/04/14/pesona-matematika-negeri-kincir-angin/ […]


keren banget tulisannya …
good luck 🙂


holaaaaa….. gak komplit rasanya kalo gak ninggalin jejak di mari….
semoga kita dapat yg terbaik ya brader…semangattt…


[…] Besar Kompetiblog 22 05 2010 alhamdulillah, tulisan ane masuk 15 besar kompetiblog2010. pengumuman pemenangnya insyaAllah minggu depan. mudah-mudahan […]

April 14, 2010 at 7:23 am
Hebat…. 🙂
April 15, 2010 at 5:18 am
makasih mas asop tuk komentnya