Tiga Faktor Kekalahan Indonesia Atas Malaysia Di Leg I
Posted December 27, 2010
on:- In: Olahraga | Sepak Bola
- 8 Comments
Disini saya tidak ingin mencari kambing hitam atas kekalahan Indonesia atas Malaysia di leg pertama di Stadion Bukit Jalil Malaysia. Saya hanya ingin memaparkan sedikit analisa yang sempat mampir di kepala. Ada minimal tiga faktor yang menurut saya menjadi andil terbesar atas kekalahan telak Indonesia di leg pertama.
Faktor yang pertama adalah begitu percaya dirinya para pemain Malaysia bermain di kandang mereka. Hal inipun diamini oleh coach Alfred Riedl.
Faktor kedua adalah faktor teknis yaitu kesalahan fatal yang disebabkan oleh pemain belakang Maman Abdurrahman. Berniat untuk membiarkan bola agar keluar dan menjadi tendangan bebas bagi timnas, malah berbuntut pada kelihaian Norsahrul Idlan merebut bola dari Maman yang gagal membodi lawannya itu. Bola dari Norsahrul Idlan kemudian dioper pada Mohd Safee Sali yang dengan mudahnya merobek jala Markus Haris Maulana lewat tendangannya. 1-0 Indonesia tertinggal. Gol ini membawa petaka. Para pemain Indonesia mulai kehilangan konsentarasi. Mental para pemain down. Dan secara beruntun, dengan hanya bermodalkan 12 menit saja, Malaysia bisa mencukur Indonesia dengan 3 gol. Ckckckckck.
Faktor ketiga adalah faktor non-teknis. Faktor ini yang sebelum Indonesia bertandang ke Malaysia sempat membuat saya cemas akan konsentrasi para pemin kala bentrok dengan Malaysia. Banyaknya acara-acara seremonial menyebabkan para pemain mulai jenuh. Mulai dari penjamuan makan di kediaman Aburizal Bakrie, Istighosah di Ponpes Asshiddiqiyah Jakarta Barat, hingga diganggunya para pemain di dalam pesawat oleh reporter yang ingin meliput. Sebenarnya coach Alfred tidak setuju dengan kesemuanya itu. Namun, Alfred hanyalah Alfred yang seorang pelatih. Ia bukan siapa-siapa kecuali sebagai pelatih. Ia tak kuasa melawan “rezim” Nurdin yang disokong konglomerat Aburizal Bakrie sang pemilik TV One dan pesawat Pegasus Aviation. Semua acara seremonial itu bisa terjadi karena mereka-mereka itu.
Saya pribadi tidak menyalahkan pemberitaan yang begitu hebohnya pada timnas. Karena sekali lagi saya katakan bahwa dampak positifnya jauh lebih besar ketimbang dampak negatifnya. Saya hanya menyayangkan mengapa mesti ada acara-acara seremonial sementara Indonesia belom ada di podium juara. Kalo sudah jadi juara tak masalah tentunya. Entahlah apa yang ada dipikiran para “penguasa” itu. Entah apa yang mereka cari. Saya tidak tahu. Ada yang tau?
Meski Indonesia kalah 3-0 atas Malaysia, kita tak boleh patah semangat. Optimis harus tetap kita usung. Meski peluang Indonesia kini hanya sekitar 10% untuk bisa juara, tak masalah. Yang terpenting adalah mengembalikan kepercayaan diri para pemain, meningkatkan konsentrasi, berlatih disisa waktu yang ada dan berjuang semaksimal mungkin saat tanding. Semoga leg ke dua tetap dilaksanakan di Gelora Bung Karno. Stadion ini adalah stadion keramat buat Malaysia karena di babak penyisihan lalu mereka pernah digilas Garuda Merah Putih dengan skor lebih telak, 5-1. Bukan mustahil hal ini akan terulang.
Saya hanya berharap seperti apa yang diharapkan oleh Presiden SBY agar masyarakat Indonesia tetap mendukung perjuangan timnas hingga akhir. Hingga titik darah penghabisan.
garuda di dadaku
garuda kebanggaanku
kuyakin hari ini pasti menang
8 Responses to "Tiga Faktor Kekalahan Indonesia Atas Malaysia Di Leg I"

Kita tunjukkan pada leg 2……… mg bisaaaaaaaaaaaaaaa


Yang harus segera dilakukan:
1.Turunkan nurdin si muka badak,penjilat,koruptor dari singgasananya sekarang.
2.G boleh ada partisan parpol dalam kepengurusan pssi.
3.Restrukturisasi dan reformasi pola pembinaan serta kompetisi dari segala jenjang.
Kami tetap dukung sang Garuda menang atau kalah,tapi dukungan kami tidak serta merta mengabaikan faktor-faktor yang perlu diperbaiki demi kebaikan timnas.
Nurdin,,,mungkin kamu akan mendapat peghormatan dari rakyat indonesia bila kau dengan jantan turun…kami tunggu…!!!


Dalam hati masih berharap nurdin mengundurkan diri,tapi kok rasanya g mungkin melihat watak dan tindak lakunya.
Keep posting bang ali…


Jag apa apa kalah yang penting kita berjuang secara sehat ( tanpa laser and petasan )

December 27, 2010 at 2:57 pm
Garuda didadaku… Korupsi diotaku…. Hehe 😛