Kritikan Nurdin Yang Semakin Meluas
Posted January 28, 2011
on:Beragam cara yang bisa digunakan orang untuk mengkritik para pemimpin yang tidak benar. Banyak yang bisa kita saksikan di media-media, baik itu media televisi, tulisan, film, lagu, dll. Hampir semua orang Indonesia pasti pernah mendengar lagu “Andai Aku Jadi Gayus” karya Bona Paputungan. Belakangan juga kita lihat lagu yang mengkritik Nurdin Halid lewat video yang di unggah via youtube. Lagu itu berjudul “Nurdin Turun Downk”. Stefani, sang pelantun tembang tersebut, awalnya tak menduga bahwa lagunya itu akan diputar oleh puluhan ribu netter. Tapi nyatanya, ia, yang semula tak percaya, kini terpaksa harus mempercayainya. Sontak, ia banyak didaulat oleh stasiun televisi untuk mengisi acara untuk sekadar wawancara. Saya sendiri pernah melihat gadis ABG itu nongkrong di Metro TV. Belakangan, wajahnya muncul di koran Kompas.
Entah apah yang melatar belakangi perbuatannya itu, motivasi pribadinya itu. Tapi setau saya, dari penuturannya di Metero TV, ia hanya menyanyikan lagu yang diciptakan oleh kakak kandungnya. Ia diminta oleh sang kakak untuk menyanyikan tembang yang hanya ia hafal selama beberapa jam saja. Jika melihat konteks dari apa yang ia tuturkan, maka tampak bahwa ia memang tidak ingin mencari popularitas, bahkan sang kakak yang notabene pencita lagu itu pun tidak. Bisa jadi bahwa sang kakak adalah seorang gilbol asal Indonesia, yang hatinya sudah gundah melihat karut marut persepakbolaan Indonesia. Maka gundahannya itu, sama seperti Bona Paputungan, keluar dari hati nurani. Dan karena ia peduli dengan sepak bola Indonesia, maka ia gunakan kepampuannya dalam berlagu untuk turut menyentil sang penguasa PSSI itu.
Barusan, di Metro TV pula, diwartakan muncul video di youtube yang juga mengkritik Nurdin Halid. Kali ini dinyanyikan oleh Sayyidin Band dengan judul yang agak dipelintir, “Nurdin Ali”. Lumayan bagus lagunya. Tapi saya tidak tahu apa motif pribadinya. Yang jelas, saya sangat mengapresiasi anak bangsa yang juga turut peduli menggemakan suara keadilan di Indonesia ini. Semakin banyak media yang digunakan untuk mengkritik sang pemimpin yang korup dan cenderung melenceng dari visi dan misi sebenarnya, semakin banyak pula masyarakat yang tahu akan kelicikan-kelicikan sang pemimpin.
Belakangan saya juga melihat ada modifan film yang digunakan untuk mengkritik Nurdin Halid dan PSSI. Film yang aslinya adalah film Barat itu, diubah percakapannya sedemikian rupa dengan bahasa Indonesia yang menyentil Nurdin dan PSSI.
Saya teringat akan apa yang diungkapkan Nurdin bahwa ia tak akan turun dengan kritikan-kritikan semacam itu. Meski ada jutaan orang berdemonstrasi yang menuntut ia untuk turunpun, ia tak akan pernah mau turun. Meski ada jutaan video (baik itu lagu ataupun film) di youtube yang menghujat dan mengkritik, ia tak akan bersedia turun. Meski ada sejuta media tulisan yang mencacimaki, ia tak akan pernah gentar dan akan tetap pada posisinya. Karena ia pernah berkata, ia baru akan turun jika statuta PSSI dan FIFA menghendakinya turun. Meski belakangan ia memang santer mendengungkan statuta dan statuti PSSI dan FIFA, namun nyatanya, ia sendiri adalah orang yang paling banyak melanggar statuta tersebut.
Entah tepat entah tidak, orang yang sering bersembunyi di ketiak statuta PSSI dan FIFA inipun memang harus dilawan dengan konstitusi. Begitulah pandangan seorang pengamat sepak bola. Bersainglah di bursa pemilihan ketua umum PSSI. Jika ia kalah, maka ia akan lengser. Jika ia menang, maka ia akan kembali bercokol di sana.
Leave a Reply