Fifty Fifty Antara Teori Dengan Praktek
Posted March 9, 2011
on:Bagi sebagian orang, khususnya yang gak kuliah yang biasa juga disebut kalangan jalanan, menganggap praktek adalah yang utama. Sedangkan, disisi lain, orang-orang yang kuliah yang biasa juga disebut kalangan akademisi, lebih banyak belajar tentang teori. Praktek di dalam keseharian kalangan akademisi, agaknya memang jarang dilakukan. Atau kalaupun ada, hanya sebagian kecil dari keseluruhan ruang lingkup yang mereka pelajari.
Salah satu tokoh kalangan jalanan adalah Bob Sadino. Gua pernah baca buku yang judulnya “Belajar Goblok Dari Bob Sadini”. Sepemahaman gua, dia beranggapan bahwa kalo mau bisnis, langsung aja praktek. Gak usah pake teori-teori segala. Ngapain pake kuliah. Entah om Bob menganggap penting teori atau tidak, dia menganggap bahwa praktek lebih utama ketimbang teori. Tolong dikoreksi kalo gua ada kesalahan pemahaman tentang om Bob Sadino ini. Dan nyatanya memang terlihat bahwa orang-orang akademisi, khususnya yang gua liat di kampus gua, hanya sebagian kecil saja yang jadi enterpreneur. Bisa jadi doktrin teori ini sudah sedemikian kentalnya sehingga hampir-hampir, praktek di lapangan dilupakan.
Gua pribadi berpandangan bahwa harus ada keseimbangan antara teori dengan praktek. Gua menset pola pikir gua dengan pembagian 50-50 antara teori dengan praktek. Teori sebagian besar gua dapet dari baca-baca buku, bangku kuliah, hingga seminar-seminar yang bisa gua ikutin. Praktek ini yang sedang gua coba dilapangan. Memang sampe dengan saat ini, karena gua lebih banyak kuliah, alhasil teori masih lebih banyak mendominasi kehidupan gua. Tapi ke depannya, gua mau fifty-fifty antara teori dengan praktek. Inilah menurut gua asa keseimbangan. Gua mau seimbang antara teroi dan praktek.
Satu hal kecil yang membuat gua harus menyeimbangankan antara teori dengan praktek adalah tulisan. Gua tetep ngerasa hambar aja kalo ada orang yang paham sampe melotok tentang suatu ilmu, tapi dia bukan kalangan praktisi. Yang gua maksud hambar disini adalah ketika ngebaca tulisan orang tersebut atau bahkan pendapat orang tersebut. Makanya gua agak sedikit gimana gitu dengan orang-orang yang dijuluki pengamat. Gua pribadi gak mau dijulukin pengamat. Gua mau jadi praktisinya langsung, orang-orang yang diamati pengamat itu. Tapi disisi lain, gua juga agak merasa kurang sreg ketika ngebaca tulisan atau pendapat orang jalanan yang tak belajar teori. Gua berpikiran, orang-orang jalanan itu bisa sukses besar jika ditunjang dengan teori. Jadi kalo ada orang-orang jalanan yang memandang teori dengan sebelah mata, gua pun akan memandang orang tersebut dengan tatapan sebelah.
Makanya gua sedang berusaha dengan sekuat tenanga mulai hari ini untuk mempraktekan apa-apa teori (ilmu) yang gua dapetin baik itu dari kampus, buku-buku bacaan, diskusi-diskusi/seminar-seminar yang pernah gua ikutin. Semoga dengan begitu, gua bisa menyeimbangkan antara teori dengan praktek. InsyaAllah.
Leave a Reply