Nur Ali Muchtar

Pahlawan Melankolik Versus Pahlawan Sejati

Posted on: May 12, 2011

Memang berat jika cinta telah merasuk demikian dalamnya pada jiwa seseorang. Bagi pahlawan melankolik, cinta ibarat candu. Yang ada di pikirannya adalah keinginan untuk terus bertemu dengan kekasih. Bertemu dan bertemu. Setiap saat, setiap waktu. Bahkan setiap detik tak boleh terlewat tanpa kehadirannya. Baik bertemu lewat pikirannya atau bertemu secara langsung. Masalahnya bagi super hero yang satu ini adalah saat ia tak bisa bertemu secara langsung dengan pujaan hatinya. Meski lewat pikiran ia mampu menembus sekat ruang dan waktu, namun tetap saja ia butuh pertemuan secara fisik. Jika dalam waktu yang lama ia tak kunjung bertemu dengan wajah kekasih yang dirindukannya itu, disitulah letak malapetakanya. Setiap hari kerjaannya hanya melamun, meratap, atau bahkan menggubah syair-syair indah. Jiwanya terus digerogoti oleh firus rindu. Jika hal ini terus berlanjut hingga sekian lamanya waktu, bisa-bisa, pahlawan kita yang satu ini akan gila. Meraung. Mengamuk. Hingga tak bisa berpikir dengan jernih. Kiamat telah datang pada dirinya.

Lain halnya dengan pecinta sejati. Jika ia tak bisa bertatap muka dengan bidadari tambatan hatinya itu, ia tak terlalu khawatir. Bahkan dalam waktu yang lama sekalipun. Ia memiliki semacam keyakinan bahwa puteri yang dinantikannya itu, cepat atau lambat, pasti akan berlabuh juga di dermaga jiwanya. Dan selama masa penantiannya itu, hanya satu hal yang ia lakukan: memperbaiki dirinya terus menerus secara kontinu tanpa kenal lelah dan putus asa. Ia yakin bahwa hanya dengan cara inilah kelak dirinya akan merengkuh kebahagiaan. Baik dengan kekasihnya itu ataupun tidak. Jika iya, berarti ia telah menempuh satu tahap yang benar dalam kehidupannya. Patutlah kita beri applause yang meriah buat super hero sejati yang satu ini. Jika ternyata kenyataan menghendaki takdir yang lain, ia lebih memilih untuk positif thinking. Batinnya senantiasa berkata di kedalaman hatinya: “Mungkin dinda yang itu bukan yang terbaik untuk saya. Mungkin Allah akan memberikan yang lebih baik untuk saya”. Dan banyak lagi alasan-alasan lainnya yang masuk akal yang bisa ia dapatkan dari proses perenungannya. Tentu itu buah kerja kerasnya untuk terus menerus memperbaiki dirinya secara berkesinambungan.

Tentu kita berdoa pada Allah agar Ia senantiasa menjadikan kita pecinta sejati. Semoga Ia senantiasa memupuk tekad kita agar tiap waktu tiap hari tiap jam tiap detik semakin kuat untuk terus memperbaiki diri. Benar-benar menggairahkan. Sungguh indah menjadi pahlawan sejati.

2 Responses to "Pahlawan Melankolik Versus Pahlawan Sejati"

lalu Nur termasuk pahlawan yang mana nih?

haha, ali udah ‘jatuh cinta’ rupanya..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Total Kunjungan:

  • 661,491 hits

Follow me on Twitter

Yang Lagi OL

PageRank

Kenal Lebih Dekat di:

%d bloggers like this: