Ngapain Sih Mikirin Urusan Orang Lain?
Posted May 30, 2011
on:- In: Unek-unek
- 6 Comments
Di sini saya tidak hendak menjadi orang yang egois. Di sini saya tidak hendak menjadi orang yang tidak peduli dengan orang lain alias acuh tak acuh alias apatis. Gimana nanti kehidupan sosial saya jadinya? Padahal, setiap orang yang ingin bahagia hidupnya baru akan tergapai jika ia bisa berintegrasi bersama individu lain dalam satu komunitas yang kita sebut masyarakat. Tidak bisa sendiri ia beroleh bahagia. Harus dengan orang lain. Itulah mengapa kita diharuskan berdakwah. Tapi, di sini, yang ingin saya katakan adalah kenapa sih orang mesti sirik? Kenapa sih orang mesti selalu memikirkan urusan-urusan orang lain? Kenapa sih orang mesti selalu mencampuri urusan orang lain? Kenapa sih orang selalu mengkritik orang lain secara membabi buta? Kenapa sih orang selalu menegur kita ini dan itu saat kita melakukan sesuatu? Tidak bisakah diam tanpa berkomentar terhadap apa yang dilakukan orang lain? Memang kita harus saling nasihat-menasihati. Tapi tentu dalam kebaikan dan kesabaran. Bukan ujug-ujug langsung menegor. Bukan tiba-tiba langsung ngedamprat. Bukan secepat kilat langsung meneror dengan rentetan kalimat ketidaksenangan. Lagian, kalaupun juga nasihat menasihati dalam kebaikan dan kesabaran itu dianjurkan, liat-liat orang dong. Kan gak semua orang suka kalo dinasihati langsung membabi buta di hadapannya atau di hadapan orang lain. Kenapa sih gak coba dicari tau lebih dulu orang ini marah gak yah kalo dinasihati secara langsung? Atau enaknya gimana yah cara menasihatinya? Kan jadi lebih pas manteb jika kita menasihati orang lain tapi orang yang kita nasihati itu gak marah, malah menerima. Kalau terjadi justru sebaliknya, orang yang kita nasihati malah murka, kan lebih baik gak usah sok-sok-an nasihatin orang lain.
Atau, kalau mau yang paling bijak, gak usah pake nasihat secara lisan. Tapi pake perbuatan. Jadi kalo ada tindakan seseorang yang tidak sesuai dengan norma-norma, nilai-nilai, atau aturan-aturan yang berlaku, gak usah langsung dikritik. Tapi ajarkanlah ia dengan teladan. Dengan perbuatan. Inilah yang dicontohkan Rasulullah kita Muhammad. Jadi gak usah banyak omong. Gak usah banyak cingcai. Praktekin aja dilapangan. Ntar juga orang yang salah nyadar sendiri.
Di sini saya juga ingin menitip nasihat buat diri saya pribadi khususnya dan orang lain umumnya. Jadilah pendengar yang baik. Jadilah orang yang selalu mendengar bukan jadi orang yang selalu berbicara. Ia kalo yang kita bicarakan itu hal-hal yang berbobot. Kalo cuma berisi gunjingan? Nambah dosa kita kan? Allah memberikan kita telinga lebih banyak satu ketimbang mulut. Artinya Allah pengen kita lebih banyak mendengar dan lebih banyak diam. Mulut itu pangkal bahaya. Tahan-tahanlah untuk tidak membicarakan dan menggosipi orang lain. Karena bisa jadi apa yang kita bicrakan/gosipin itu gak sesuai dengan kenyataan. Atau seperti doanya Abu Bakar As-sidik: “Ya Allah, jadikan aku lebih baik dari prasangkaan orang lain terhadapku”. Jadi, mungkin aja kan orang yang kita prasangkakan itu lebih baik dari praduga kita sebelumnya. Jadi buat apa sih kita ngomongin orang lain. Kalo saya boleh mengira, mungkin orang yang suka ngomongin orang lain ini adalah orang-orang yang tidak memiliki agenda besar dalam hidupnya. Orang-orang yang tidak memiliki visi dalam hidupnya. Orang-orang yang tidak memiliki ambisi besar yang ingin ia wujudkan dalam hidupnya. Atau orang-orang yang kalah dalam pergulatan sosial dan perburuan gelar menggapai puncak gunung tertinggi. Kehidupannya menjadi luntang lantung hingga akhirnya, ia malah terjebak dalam lingkar setan yang notabene adalah pekerjaan orang-orang kerdil.
Yuk kita jaga lisan kita. Yuk lebih banyak mendengar ketimbang bicara. Yuk kita bicara seperlunya saja. Yuk kita lepaskan diri kita dari menggunjingi orang lain. Yuk kita alihkan pikiran kita pada hal-hal positif yang punya dampak baik bagi kepribadian kita. Yuk kita mohon pada Allah agar ia selalu membentengi kita dari orang-orang yang tidak senang dengan kita dan menjadikan kita lebih baik dari prasangkaan orang lain terhadap kita. Yuk terus berjuang dalam diam kita tanpa terpengaruh dengan cercaan/hinaan/gunjingan orang lain. Yuk terus berjalan dalam rel kesunyian panjang kita secara kontinu terus menerus tanpa terputus. Semoga happy ending yang kita dapatkan nanti. Semoga orang-orang kerdil tersebut bisa tersadarkan sendiri pada akhirnya. Semoga kita bisa menjadi orang yang kuat dan tegar dalam mengarungi hutan belantara yang kita tempati saat ini. Semoga kita mampu menjungkalkan setan hingga jatuh terperosok ke dalam lumpur neraka. Semoga kebaikan selalu ada pada kita. Amin.
Indah nian para pendengar itu
Hidupnya dibalut dengan empati
Tak menambah beban untuk orang lain
Malah kehadirannya selalu dibutuhkan orang lain
Hina benar orang yang banyak bicara tanpa isi
Hidupnya dibalut dengan belas kasih orang lain
Membuat susah orang lain
Kehadirannya selalu ditolak pabila ia hadir
*mohon maaf untuk kata-kata yang seolah menggurui dan bernada agak sinis
6 Responses to "Ngapain Sih Mikirin Urusan Orang Lain?"

waaa tulisannya ga bener nih menyidir saya secara tidak lgsg nih hehe good article i like it, btw td brusan nyokap tnya tntang tmen2 gw yg suka ngrokok sgala macem trs dy tny ma gw “emg tmen2 kamu pd ga diajarin apa y sm dosennya? emg dkmpus kmu ga ad mata kuliah agama apa y? kok bisa mpe ngrokok gitu tar kmau mlh trpengaruh lg “. lgsg dong ya gw bingung mo jwb apa scara gw ga prnh ngurusin tmen2 gw, gw sih mo mereka ngrokok ato ap ttp yg namany tmen ya brtemen aja ga smpe gw ikut2an ga jls gitu. mnrut agan2 gmn gw msti jwb prtnyaan nyokap gw? dr kmrn dnasehatin mulu ma nyokap cape beuddtz

May 30, 2011 at 9:06 am
Nah, karena itulah kita manusia punya dua telinga dan satu mulut. Itu bermakna kita harus lebih banyak mendengarkan ketimbang bicara. 🙂
May 30, 2011 at 10:44 am
di atas udah sedikit saya bahas