Dialah Abdurrahman Bin Auf Zaman Sekarang, Masa Kini, Abad 21 ini
Posted June 18, 2011
on:- In: Bisnis
- 3 Comments
Sejenak ia memejamkan matanya. Terpekur sambil menundukkan kepala. Khotbah itu masih terngiang-ngiang keras di kepalanya. Mengapa ada orang yang semudah itu menginfakkan hartanya. Tak tanggung-tanggung, seluruh hartanya. Gerangan manusia macam apakah ia? Emosinya melonjak saat sang ustadz mengatakan bahwa manusia agung itu bernama Abdurrahman Bin Auf. Salah seorang assabiqunal awwalun (orang yang pertama-tama masuk Islam). Yang namanya telah terukir di taman indah surga firdaus. Salah seorang sahabat yang tak pernah absen berperang bersama kaum mislimin yang lain. Dan yang membuat dada pemuda itu lebih bergemuruh adalah kenyataan sejarah yang telah mencuatkan nama Abdurrahman Bin Auf sebagai salah satu pengusaha tersukses pada zaman nabi. Kekayaannya melebih siapa pun sahabat yang ada pada saat itu.
“Bunyi apakah gerangan yang telah membuat kegaduhan?”, tanya Aisya ra pada khalayak. “Itu bunyi kafilah dagang Abdurrahman Bin Auf”, serempak khalayak menjawab. Itulah yang terjadi bahwa rombongan pengangkut barang-barang perniagaan yang dikomandoi Abdurrahman Bin Auf telah membuat semacam gempa kecil di jazirah. Apalagi kalau bukan karena saking banyaknya komoditas niaga yang diangkut. Saat itu, Aisya ra berkata pada sang puang niaga, “Sungguh aku pernah mendengar Rasulullah mengatakan bahwa ada salah seorang sahabatnya yang masuk surga dengan merangkak”.
Demi mendengar dan mengingat hadits tersebut, dan demi yang dimaksud hadits tersebut adalah dirinya, maka diinfakkanlah seluruh harta perdagangannya itu. Sebanyak 700 kendaran. Entah berapa jika dikalkulasi dengan nilai tukar rupiah yang sebanding dengan saat ini. Sulit untuk kita membayangkan akan betapa banyaknya harta tersebut. Tapi itulah Abdurrahman Bin Auf. Bahwa kezuhudannya telah terpatri kuat dalam jiwa raganya. Maka mudah saja baginya untuk menyumbangkan seluruh hartanya di jalan Allah.
Sang pemuda, yang sedari tadi hanya terdiam sambil mangap-mangap mendengar khotbah sang ustadz, merasa benar-benar iri. Abdurrahman Bin Auf adalah manusia. Ia bukan malaikat yang mendapatkan sepetak tanah di langit surga dari Allah. Ia beroleh semua harta kekayaan itu secara halal dengan berdagang. Membangun basis usahanya dari nol saat ia meninggalkan seluruh harta kekayaannya untuk hijarah ke Madinah. “Aku pun pasti bisa menjadi seperti yang terhormat tuan saudagar Abdurrahman Bin Auf. Tak ada yang tak mungkin jika Allah menghendaki”.
Maka sejak saat itu, pemuda yang masih bau kencur itu, yang baru mulai merintis bisnisnya, telah mengazamkan dirinya bahwa ia harus kaya raya. Ia harus menjadi konglomerat terpandang sedunia. Jika perlu, ia harus menjadi orang terkaya sejagat raya. Semuanya akan ia lakukan hanya untuk satu hal saja: “Membelanjakan seluruh hartanya itu untuk berniaga dengan Allah”. Ia berani melakukannya karena ia merasa memiliki kekuatan seperti yang dimiliki Abdurrahman Bin Auf. “Akan kuinfakkan seluruh hartaku nanti untuk berdakwah di jalan Allah. Untuk umat ini. Bukan untuk kepuasan diriku”. Ia pun bermimpi untuk menjadi Abdurrahman Bin Auf zaman sekarang, masa kini, abad 21 ini.
Dari kejauhan, terlihat betapa sang pemuda yang nyalinya bagai karang dan idealismenya masih murni tak terkotori dengan segala apapun yang ada, mulai melakukan langkah-langkah kecil untuk memupuk kekuatannya dalam menciptakan materi. Ia mulai mengembangkan bisnisnya sendiri. Tak sudi ia bekerja pada orang atau perusahaan lain. Ia mulai rajin shalat dhuha. Ia mulai menghafal dan sesering mungkin membaca surat Al-Waqi’ah. Ia pun bertekad untuk mengamalkan segala yang ada di dalam kandungan surat tersebut. Dan yang lebih mengagumkan lagi adalah keberaniannya untuk berinfak. Dulu baginya, menginfakkan uang 50 ribu rupiah saja sudah cukup besar. Tapi sejak ia mulai melatih dirinya, ia mulai merasakan kenikmatan berinfak dengan mengatakan, “Uang 50 ribu ini masihlah sangat kecil untuk saya. Akan terus saya tambah infak saya dengan yang lebih besar dan besar lagi”. Ia pun senantiasa berdoa pada Gusti Allah Swt. agar senantiasa membersihkan niatnya saat berinfak. Semoga tak ada ria saat ia berinfak di jalan Allah.
Begitulah sang pemuda. Ia ingin mengukir namanya lewat hartanya. Lewat infak-infaknya. Lewat perdagangannya. Maka marilah kita mendoakan pemuda ini. Semoga Allah senantiasa mengaruniai harta yang banyak, halal, dan berkah bagi kehidupannya. Bagi masyarakat sekelingkungannya. Bagi bangsanya. Bagi umatnya. Bagi seluruh makhluk yang ada di bumi dan arasy. InsyaAllah dengan izin Allah.
3 Responses to "Dialah Abdurrahman Bin Auf Zaman Sekarang, Masa Kini, Abad 21 ini"

Like this bang 🙂
masih aktif nulis nh bang…

June 18, 2011 at 10:43 am
Mulia sekali niat sang pemuda untuk mengikuti jejak sang teladan, insya Allah..