Pemuda Zaman
Posted by: Nur Ali Muchtar on: April 14, 2012
Pemuda zaman, di langit kehidupan. Namanya melegenda, dalam ingatan kolektif manusia. Rahasianya, karena ia mengabdi untuk manusia dan kemanusiaan. Ia tak ego memikirkan dirinya sendiri, karena ia telah keluar dari lingkar dirinya menuju lingkar orang lain. Memikirkan orang lain, diri sendiri pun dapet. Memikirkan diri sendiri, tak akan sempat memikirkan orang lain. “Orang yang hidup hanya untuk dirinya, akan menjadi orang kerdil. Orang yang hidup untuk orang lain, akan menjadi orang besar (pahlawan)”, begitulah kata Asy Syahid Sayyid Qutb. Barang siapa bertanya, bagaimana agar bisa keluar dari lingkar diri menuju lingkar orang lain. Jawaban sederhananya ada di kata singkat nan mulia berikut: BERDAKWAH. Karena di dalam berdakwah, seluruh orientasinya adalah menyeru orang lain pada jalan kebenaran. Sungguh mulianya pekerjaan ini.
Mungkin Anda akan menemukan seorang petani yang pekerjaannya menggarap ladang, jauh lebih mulia ketimbang seorang pengacara terkenal seantero jagat. Mungkin iya sekasat mata bahwa sang pengacara ini lebih “wah” ketimbang petani. Tapi, itulah pandangan manusia. Bahwa segalanya serba terbatas, tak bisa melihat dari sisi lain. Dan sisi yang lain itu, hanyalah Allah yang maha tahu. Itulah takwa. Inilah karakter inti pemuda zaman.
Suatu ketika, saat Rasul bersama para sahabat duduk-duduk di pelataran masjid, datang seorang yang berpenampilan amat sangat sederhana. Lantas Rasul bertanya pada para sahabat: “Bagaimana pendapatmu mengenai orang itu?”. “Dia tak berarti apa-apa di mata kami. Apabila ia bertamu, semua orang akan acuh. Pabila melamar seorang gadis, penolakan yang ia bawa”, begitu jawaban para sahabat. Lantas datang orang kedua dengan tampilan parlente. Rasul pun kembali bertanya pada para sahabat, “Sekarang, bagaimana pendapat kalian mengenai orang yang kedua ini?”. Sabat pun menjawab, “Dia adalah orang mulia di sisi kami. Apabila ia datang, semua orang akan takjub dan menyambutnya dengan ramah. Dan pabila ia melamar seorang gadis, tak ada yang kuasa menolaknya”. Dan Rasulpun menjawab: “Orang yang pertama jauh lebih mulia kedudukannya di sisi Allah ketimbang yang kedua”.
Begitulah pandangan manusia. Bahwa ia tak mampu melihat apa yang sesungguhnya ada di dalam hati seseorang. Berbeda dengan penglihatan Allah yang maha tahu akan segala sesuatunya. Lantas, jika kita mengetahui kaidah ini, masihkah kita berlomba-lomba untuk caper (pemer) kemuliaan di hadapan manusia. Inilah ilusi. Tipu daya dunia. Maka pemuda zaman adalah orang-orang sederhana yang tautan hatinya kuat melekat di atas langit bersama Sang Pencipta. Ia tetap bergaul dengan baik bersama manusia, tapi lebih memilih sunyi dalam perjuangannya mencari ridha Ilahi.
Pemuda zaman mungkin saja orang-orang “kecil” dalam struktur atau jabatan suatu organisasi atau jamaah. Tapi ia tak pernah berpikir atau berambisi menjadi petinggi. Yang ada di pikirannya adalah bagaimana ia bisa berkontribusi secara maksimal di dalam jamaahnya. Mungkin yang dikerjakannya memang hal-hal yang dianggap orang kecil dan sepele. Tapi bukan itu yang ia pikirkan. Ia menyadari bahwa visi jamaahnya jauh lebih mulia dari dunia dan segala isinya. Bahwa visinya bersama jamaahnya jauh lebih besar dari ambisi-ambisi pribadinya. Maka ia memilih untuk tulus bekerja tanpa pamrih. Ikhlas semata-mata hanya karena Allah. “Biarlah tak ada orang yang memperhatikan, Allah yang Maha Tahu”, begitu gumam hatinya.
Karakter pemuda zaman yang lain adalah bahwa ia punya gairah yang besar untuk menjadi manusia pembelajar. Ia memandang bahwa proses belajar harus dilaluinya seumur hidup. Tak pernah ada kata berhenti karena berhenti belajar, berarti kematian. Allah telah mengaruniai ia dengan segala potensi yang bisa ia kembangkan tanpa batas. Ia selalu berpikir bahwa ia dan orang-orang berimanlah yang mendapatkan mandat dari Allah SWT untuk memimpin dunia ini. Karena ia meyakini bahwa agamanya memang dipilihkan oleh Allah untuk menjadikannya pemimpin di muka bumi. Sesungguhnya, risalah kedamaian, keadilan, ketentraman, kesejahteraan, dan keselamatan adalah muatan-muatan yang terkandung di dalam agamanya. Dan untuk itulah agama Islam diturunkan. Maka ia merasa terpanggil hatinya untuk mewujudkan misi-misi tersebut.
Pemuda zaman adalah orang-orang yang positif memandang kehidupan. Ia lebih memilih untuk terus bekerja tanpa pernah mau mengeluh seberapapun besarnya tanggung jawab yang ia pikul. Ia merasa bahwa dirinya jauh lebih besar ketimbang masalah-masalah yang ada. Dan bahwa Allah maha pembela orang-orang beriman. Maka ia yakin akan pertolongan Allah. Allah lah yang akan memenangkan dirinya dan agamanya di atas siapapun juga. Insya Allah.
Leave a Reply