Nur Ali Muchtar

Archive for the ‘Olahraga’ Category

Hidayat Nurwahid & Didik J Rachbini Nobar Belanda Vs Jerman Bareng Warga Kampung Melayu

Hidayat Nurwahid & Didik J Rachbini Nobar Belanda Vs Jerman Bareng Warga Kampung Melayu

JAKARTA (13/6) — Eforia Piala Eropa (EURO) 2012 terasa di mana-mana. Pasangan cagub dan cawagub DKI Jakarta, Hidayat Nurwahid-Didik J Rachbini tidak mau ketinggalan merasakan eforia tersebut.

Dini hari ini, pasangan nomor urut 4 ini pun nonton bareng warga laga Belanda Vs Jerman di RT 016 RW 03 di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Kamis (14/6/2012).

Hidayat dan Didik tiba, Rabu (13/6) pukul 23.00 WIB. Kehadiran Hidayat-Didik ke tempat nobar cukup mengejutkan sekitar ratusan warga setempat. Sebabnya, tempat nobar mereka yang tepat di pinggir kali Ciliwung ternyata disinggahi calon gubernur.

Sebelum nobar, Mantan Ketua MPR RI ini  tidak lupa melapor ke ketua RT setempat terlebih dahulu.

“Kita kan tahu aturan. Indonesia kan negara hukum,” ujar Hidayat saat bertamu ke rumah ketua RT 016, Wawan Sarwani.

Wawan pun menyambut baik kehadiran Hidayat dan Didik di kediamannya.

“Tentu kami senang, Pak Hidayat dan Pak Didik berkenan nobar di sini sama warga. Kita juga bisa sekalian curhat tentang Jakarta,” kata Wawan yang disambut gelak tawa warga.

Warga RT 016 memang biasa menggelar acara nobar, apa lagi dengan adanya Piala Eropa. Bahkan warga setempat menyediakan tempat khusus nobar. Tempat yang berlokasi di pekarangan kosong warga yang bersampingan dengan kali ciliwung selalu ramai dikunjungi warga.***

sumber: http://www.hidayatdidik.net/

Hidayat Pemimpin Sehat, Rakyat pun Sehat

Hidayat Pemimpin Sehat, Rakyat pun Sehat

Jakarta (9/6) – Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat. Falsafah ini diyakini betul oleh Calon Gubernur DKI Jakarta, Hidayat Nurwahid. Menurutnya, jika seorang pemimpin sehat jiwa raganya, maka rakyatnya pun akan sehat.

Hal itu dikemukakan Hidayat saat melepas kegiatan jalan sehat di Lapangan Doyok, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (9/6) pagi. Acara jalan sehat ini diikuti ratusan kader dan simpatisan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Menurut Hidayat, kegiatan jalan sehat merupakan salah satu bentuk semangat warga Jakarta dalam mengawali hari. Jalan sehat dapat memberikan semangat bagi diri sendiri, keluarga dan juga bagi pemimpin Jakarta.

“Bila pemimpinnya sehat maka bisa menyehatkan warganya. lni sangat bagus bagi warga Jakarta. Masak Jakarta yang merupakan ibukota negara, warganya males-malesan,” ujar calon gubernur nomor urut 4 ini.

Suasana Lapangan Doyok, Pasar Minggu, tampak semarak. Tidak hanya orang dewasa, para remaja hingga anak-anak tampak antusias mengikuti kegiatan jalan sehat. Mereka mengenakan kaos berwarna oranye dengan kombinasi putih bergambar Hidayat-Didik.

Sementara di atas panggung, panitia berusaha membakar semangat para peserta, dengan meneriakkan yel-yel dukungan kepada Hidayat. “Ikan gabus ikan sepat, yang paling bagus emang nomor 4,” teriak panitia lantang.

Usai menyampaikan sambutan, Hidayat langsung melepas para peserta jalan sehat yang akan berkeliling Kecamatan Pasar Minggu. “Dengan membaca Bismillah, saya buka acara jalan sehat Kecamatan Pasar Minggu,” ucap mantan ketua MPR RI ini.

Acara jalan sehat ini mendapat respon positif dari para peserta. Salah satunya, Kartini (50 tahun), warga Cilandak Timur, Jakarta Selatan. Ia mengaku senang bisa ikut jalan sehat. Bahkan Kartini rela tidak berjualan nasi uduk demi mengikuti kegiatan tersebut.

“Senang sekali bisa ikut, saya sampai libur dagang biar bisa ikut acara ini. Terus terang saya mau lihat Pak Hidayat. Selama ini kan cuma lihat di televisi saja, sama di jalan-jalan ada gambarnya. Orangnya gagah gitu ya. Saya doakan semoga berhasil deh jadi gubernur,” ujarnya sambil tersenyum.***

sumber: http://www.hidayatdidik.net/

Lomba Catur di Posko Relawan Hidayat Didik

Lomba Catur di Posko Relawan Hidayat Didik

Keterbatasan dana tidak membuat Relawan Hidayat mati gaya menghadapi pertarungan Pilkada DKI Jakarta. Mereka coba menyiasatinya dengan berbagai macam cara. Dan seketika, keluarlah ide-ide kreatif dengan cost yang relatif murah namun bisa menjaring banyak orang untuk berkumpul di setiap Posko Relawan Hidayat yang bertebaran di seantero Jakarta.

Berikut salah satu buktinya yaitu lomba catur yang diadakan di Posko Relawan Hidayat Sawah Besar. Acara ini diikuti oleh 32 peserta dari 50 orang peserta yang mendaftar. Ini belum termasuk penonton. Jika ditambah penonton dari kalangan tua, dewasa, remaja hingga anak-anak plus sorak sorainya, tentu akan lebih meriah lagi. Dan itu yang terjadi di Posko Relawan Hidayat Sawah Besar: MERIAH.

“Dikarenakan jumlah peserta yang membludak, lomba cantur ini terpaksa dibuat beberapa malem. Gak bakal cukup lah kalo cuma satu malem. Kita buat sampe 4 malem. Malem pertama diikuti 32 peserta. Malem kedua diikuti 16 peserta. Malem ketiga diikuti 8 peserta. Malem keempat diikuti 4 peserta. Kita kasih Rp.400.000,00 untuk juara satu, Rp.300.000,00 untuk juara dua, Rp.200.000,00 untuk juara tiga, dan Rp.100.000,00 untuk juara empat”, ujar Dudy Rusnaedy selaku koordinator Posko Relawan Sawah Besar saat diwawancarai tim socmed Relawan Hidayat.

PKS Marunda

tadi maen bola dengan anak-anak dari bambu kuning rw2, sungai tiram, marunda, jakarta utara. dari 12 orang anak usia sekolah smp-sma, dimana mereka ini masih dalam satu rt, cuma 3 orang yang masih sekolah. sisanya putus sekolah. alasan utamanya selain masalah dana yaitu tidak adanya motivasi dari lingkungan tempat dimana mereka tinggal sehingga mereka menggangap, buat apa sekolah? apa gunanya buat kami? toh si anu lulusan sma sama aja dengan kita-kita dan kebanyakan orang, MENGANGGUR. ironis.

tetapi ada hal penting yang perlu kita renungi di sini yaitu kenyataan bahwa suatu bangsa tidak akan bisa maju jika minat sekolah (belajar) anak-anak usia sekolahnya kecil atau bahkan hilang sama sekali. pendidikan (tarbiyah) adalah jawaban dari pertanyaan: “apa kunci dibalik kemajuan peradaban suatu bangsa?”.

dari tarbiyah (pendidikan) inilah segalanya bermula. dan memang ada benarnya perkataan, “tarbiyah memang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya bisa bermula dari tarbiyah”. so, tarbiyah adalah keniscayaan bagi umat manusia, lebih-lebih untuk rakyat indonesia dimana negara besar ini masih dalam posisi tertinggal cukup jauh dibandingkan dengan negara-negara maju yang lain.

PKS Marunda

PKS Marunda

dalam hampir semua kompetisi, terlebih sepak bola, saya percaya dengan yang namanya PERSIAPAN (preparation). tim yang persiapannya lebih matang, dialah yang akan menang. mari kita bandingkan: timnas hanya melakukan persiapan selama dua bulan. sedang malaysia dua tahun. bahkan sudah sejak sepuluh tahun yang lalu malaysia dengan getol melakukan pembinaan bibit-bibit muda. indonesia? pemimpinnya lebih sibuk mempertahankan kekuasaan dan mencari alibi alih-alih dibilang gagal. masih inget kan era kepemimpinan Nurdin Cs?

mari kita liat spanyol. negara peringkat satu di jagat sepak bola saat ini. atau barcelona. klub dari planet lain (ini dikatakan teman saya saking kagumnya dengan permainan barca). siapa bilang spanyol dan barcelona menjadi seperti itu hanya dalam waktu sekejap. ini yang harus kita catat: MEREKA MELAKUKAN PEMBINAAN SEJAK PULUHAN TAHUN YANG LALU. makanya saat ini mereka bisa seperti itu.

maka tidak ada cara lain yang lebih baik bagi indonesia kalo mau maju dalam olahraga apapun terlebih sepak bola. LAKUKAN PEMBINAAN BERJENJANG SEDINI MUNGKIN. khusus untuk sepak bola indonesia: perbaiki juga kualitas kompetisinya. kalo dua hal ini saja dilakukan dengan serius, insyaAllah sepak bola dan olahraga kita bisa maju di masa-masa yang akan datang.

salut untuk garuda muda yang sudah berjuang. selamat juga untuk malaysia yang harus kembali juara di dua sea games terakhir berturut-turut. itulah jerih payahmu. kalian layak memetik buahnya sekarang. mudah-mudahan bangsa kami bisa lebih baik di masa-masa yang akan datang. amin.

#TETEP CINTA INDONESIA DENGAN SEGALA PERMASALAHANNYA.

Hidup ini adalah kumpulan masalah-masalah. Kalo mau gak ada masalah, ya di surga tempatnya. Tapi bung, nyatanya, sekarang ini kita hidup di dunia. Jadi, gak mungkin dan tak akan pernah mungkin kita terhindar dari makhluk yang namanya “MASALAH”. Masalah datang silih berganti. Yang ini selesai, datang yang itu. Yang itu selesai, datang lagi yang ono. Begitu seterusnya. Maka cara terbaik untuk menjalani hidup adalah bukan menghindari setiap masalah yang datang. Tapi menghadapi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan masalah itu dengan cara-cara yang elegan.

Di sini saya cuma mau berbagi sedikit pengalaman. Biasanya, masalah itu mempengaruhi seseorang hingga pikiranannya berasa gak enak. Dan ini berpengaruh pada kondisi badan juga. Orang yang lagi dirundung banyak masalah, terlebih tak bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada, dapat dipastikan bahwa hidupnya kurang bergairah. Badannya lemah, letih, lesu dan loyo (kekurangan vitamin kali ya?). Lantas pertanyaannya, tips apa yang hendak saya berikan di sini?

Sederhana aja. Saya pribadi, kalo lagi banyak masalah yang menyebabkan gak enaknya badan dan pikiran, biasanya langsung mencoba untuk berolahraga. Banyak olahraga yang bisa kita lakukan. Saya pribadi lebih sering lari atau skipping (sebagai pengganti kalo lagi gak bisa lari karena satu dan lain hal). Kalo lari, biasanya saya jatain 20 menit. Tapi kalo skipping, paling-paling cuma 10 menit. Sederhana dan simple keliatannya. Tapi rasakan sendiri dampaknya kawan. Hahahah….

Biasanya, sehabis melakukan aktivitas olahraga ini, pikiran dan badan berubah secara drastis. 180 derajat. Bener deh, dijamin. InsyaAllah gak bo’ong. Yang tadinya mumet, berubah jadi plong. Yang tadinya butek, berubah jadi bening. Yang tadinya susah senyum, tiba-tiba jadi seperti bayi yang gampang senyum. Yang tadinya asem, berubah jadi manis. Yang tadinya lemes, berubah jadi sueger makjus.

Simple khan? Cuma butuh 20 menit lho untuk lari atau 10 menit untuk skipping. Tapi dampaknya bagi badan dan pikiran, sungguh dahsyat. Gak percaya, cobain aja sendiri.

Alhamdulillah, seneng rasanya bisa nyumbang emas buat matematika di ajang MIPA CUP cabang lari “maraton”. Katanya ini adalah emas pertama untuk matematika. Dua hari yang lalu, saya dipesan oleh junior di matematika yang kebetulan jadi koordinator kontingen matematika (Soleman): “Ka, lo harus dapet emas ya. Kita (matematik) belom dapet emas satu pun nih. Futsal, tenis meja, catur, voli, basket, tarik tambang, bulu tangkis, dll ga ada yang bisa ngedapetin emas”. Woowwwww,,, luar biasa pikir saya kalo saya bisa nyumbang satu emas dari cabang lari maraton. Dari sini timbul keinginan besar saya untuk nyumbang emas paling enggak di satu cabang ini.

Kebetulan saya sudah sering lari (berarti itung-itung latihan) sebelumnya. Paling minimal seminggu dua kali saya lari keliling UI. Satu kali putaran UI kira-kira hampir 5 km jaraknya. Biasanya saya lari nonstop. Catatan waktu saya pada kisaran 20 menit setiap kali lari. Tapi ada masalah sebelum saya lari. Dua minggu sebelum saya lari, memang saya masih menyempatkan diri untuk lari sebanyak dua kali. Tapi seminggu belakangan, saya malah tak sempat untuk mencuri-curi waktu biar bisa lari. Alasannya adalah karena kerjaan makhluk bernama “SKRIPSWEET”. Skripsi ini benar-benar menguras baik energi maupun waktu saya. Tak jarang selama seminggu ini saya tidur hanya dua jam dalam semalam. Belum lagi siangnya saya tetap harus banting tulang memeras keringat untuk bisa menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Tapi dua hari yang lalu, junior saya itu mengingatkan saya untuk dateng pas hari H. Karena termotivasi untuk bisa menyumbang satu emas sebelum saya lulus kuliah, akhirnya saya bela-belain juga untuk berlatih pada sore harinya. Jadi selama seminggu ini, saya hanya lari (latihan) satu kali. Lumayanlah biar gak ngedrop-ngedrop amat pas tanding. Kan saya juga sudah rutin lari kemarin-kemarin. Jadi gak masalah meski hanya satu kali saya latihan dalam satu minggu ini.

Ternyata eh ternyata, berkat dukungan, doa dan motivasi dari temen-temen matematika, saya bisa nyumbang satu emas dari cabang ini. Dan yang membuat saya tercengang adalah kenyataan rekor waktu saya yang tak biasa. Kamsudnya maksudnya tak seperti biasa-biasanya. Biasanya kan saya butuh waktu 20 menitan untuk satu keliling UI. Tapi pas di lomba ini, saya malah bisa mecahin rekor hingga 17 menit sekian detik. Wowwww,,,dahsyat. Selama saya lari di UI, saya belum pernah mencapai rekor waktu 17 menit. 19 menitpun saya jarang.

Sesampainya di kost-an, saya coba pikir-pikir lagi apa penyebab saya bisa membukukan catatan waktu yang menurut saya fantastis? Mungkin atas beberapa alasan ini:

  1. Saya pernah dapet ilmu dari seorang atlet yang menganjurkan hal-hal berikut: pertama, total istirahat pas H-1. Tapi kenyataannya tidak demikian dengan saya. H-1 saya malah sibuk untuk daftar kolokium (sidang). Bukan main dah ribetnya persyaratan yang harus dipenuhi agar bisa ikut kolokium. Full satu hari saya ngerjain ini. Bahkan di malam sebelumnya, saya hanya tidur dua jam saja untuk bisa merampungkan skripsi saya. Hingga saya pulang ke kost-an di sore harinya, saya merasakan betapa dengkul saya seperti hendak lepas dari engselnya. Makanya ketika saya diajak untuk main basket di MIPA CUP juga untuk memperebutkan juara tiga, saya menolak. Bukan karena saya tidak peduli. Bukan. Sama sekali bukan. Alasannya semata-mata karena kaki saya memang sudah tidak kuat lagi untuk menyangga tubuh saya. Apalagi untuk bermain basket. Biaa koit saya. Tapi beruntung malamnya saya bisa total istirahat. Kedua, sang atlet juga menganjurkan agar 1,5-2,5 jam sebelum lari, makan nasi. Saya ikuti anjurannya. Ketiga, makan gula merah sebelum lari. Yang ini juga saya ikutin.
  2. Motivasi dari temen-temen saya di matematika terutama junior saya yang kebetulan menjadi penanggung jawab kontingen matematika (Soleman). Kata-katanya ini yang melecutkan semangat 45 dalam diri saya, “Ka, lo harus dapet emas ya. Kita (matematik) belom dapet emas satu pun nih. Futsal, tenis meja, catur, voli, basket, bulu tangkis, tarik tambang, dll ga ada yang bisa ngedapetin emas”.
  3. Dirinya yang terus membayang-bayangi pikiran saya semenjak saat lari hingga saya finis di urutan pertama. Dalam hati, meski agak lucu, saya berkata, “Akan kupersembahkan emas untukmu sayang”. Duhhhhh,,, betapa cinta telah membuat saya menjadi seperti orang yang tidak memiliki perut saat berlari. Kalut seperti kuda yang telah senewen ingin kawin.

Mungkin emas ini biasa karena sekupnya hanya untuk MIPA UI saja. Tapi bukan itu yang ingin saya sorot. Yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwa meski saya sedang sibuk-sibuknya skripsi, meski saya sudah angkatan “tuir”, meski dia tak pernah hadir di hadapan saya dalam wujud nyata, tapi toh fisik saya masih tetep OK. Gak kalah dengan adik-adik saya yang lain di MIPA. Ini bukti bahwa skripsi (angkatan tua) tidak boleh menjadi makhluk penggerogot kesehatan (fisik) kita.

Maka terimalah persembahan emas ini dari saya. Bukan saya ingin sombong atau menyombongkan diri. Tapi anggaplah ini hadiah dari saya yang belum banyak berkontribusi buat matematika UI. Semoga bisa menambah motivasi bagi kalian-kalian (angkatan di bawah saya) untuk lebih semangat lagi mengharumkan nama matematika UI baik itu untuk tingkat fakultas, universitas, nasional, bahkan internasional. Lewat apapun itu sarananya.

Untuk dia yang di sana, rindu demikian bergemuruhnya di dalam dada. Setip hari setiap saat selalu merindu. Kian hari kian besar desakan rindu ini. Kadang saya merasakan sesak yang demikian hebatnya hingga saya tak kuat lagi melakukan apa-apa selain berbaring di atas tempat tidur. Biasanya, pelarian bagi saya adalah menulis (puisi). Semoga engkau mendengar jeritan hati ini. Jeritan hati yang keluar dari kedalaman sanubari. Tidak saya buat. Tidak saya sengaja. Ia datang begitu saja. Seperti air yang mengalir dari hulu ke hilir. Atau seperti matahari yang terbit di Timur dan terbenam di Barat. Ikhlas, tulus, penuh pemberian, berenergi, bermanfaat, indah mempesona. Begitulah cintaku padamu, sayang.

Ketenangan yang gua maksud di sini, masih berkaitan dengan postingan gua yang ini. Jujur, semakin gua menghayati dan merasakan kata “ketenangan” saat bermain futsal, semakin gua menikmati olahraga yang satu ini. Gua memang suka bola sejak kecil. Namun, saat-saat SMA adalah saat dimana gua kurang bisa menikmati olahraga yang paling digemari di dunia ini. Sekarang gua mau coba kait-kaitin hubungan antara sifat-sifat kita dengan sepak bola.

Yang mau gua ceritain di sini tentu berkaitan dengan diri gua sendiri. Gua ini tipe orang yang bisa dibilang agak tergesa-gesa dalam aktivitas keseharian. Ketika melakukan sesuatu, biasanya gua maunya cepet selesai. Contohnya adalah ketika makan. Saat makan, biasanya gua selalu menghabiskan makanan dengan cepat meski makan gua itu nyambil dengan nonton tv atau baca koran. Bahkan ketika makan sambil ngobrolpun biasanya gua menghabiskan makanan gua dalam waktu yang cepat. Baru abis itu bisa tenang mengobrol. Hapir gak pernah gua menunda makan gua selama bermenit-menit trus abis itu dilanjutin lagi makan makanan yang tadi belom habis. Entah kenapa rasanya kok gua gak betah gitu kalo makan atau ngerjain sesuatu berlama-lama.

Contoh yang lain semisal saat gua hendak pergi ke suatu tempat. Semisal di tengah jalan gua ketemu temen atau kerabat yang ngajakin ngobrol, biasanya gua gak mau berlama-lama untuk ngobrol. Hati gua maksa untuk buru-buru ke tempat yang gua tuju. Contoh lainnya lagi yaitu ketika nyalin catetan. Biasanya gua males ketika nyatet, tapi sambil mahamin apa yang gua catet. Hasrat hati gua selalu ngedesak gua untuk buru-buru nyelesain nyatet. Kalo udah selesai, baru pahamin.

Banyak hal-hal lain sebenernya yang menggambarkan betapa gua ini adalah orang yang cenderung pengennya buru-buru (tergesa-gesa) ketika hendak mengerjakan atau mendapatkan sesuatu. Tentu ini hal yang kurang baik buat gua meski ada juga hal baiknya dari kebiasaan gua yang satu ini. Tapi belakangan, gua dapet inspirasi dari permainan sepak bola. Tepatnya ketika bermain futsal.

Seperti yang sempat gua singgung di atas. Buah ketenangan, sekarang gua bisa merasakan betapa nikmatnya bermain futsal itu. Makanya disini gua coba mengaitkan ketenganan saat bermain bola dengan ketengan diri kita kala melakoni kehidupan sehari-hari. Jadi, berdasarkan apa yang gua alami, gua memahami bahwa karakter orang bisa terlihat ketika dia bermain bola. Kebiasaan gua yang inginnya buru-buru menyelesaikan sesuatu, terbawa hingga ke permainan sepak bola. Saat bermain bola, biasanya gua gak bisa tenang. Pengennya buru-buru lari, buru-buru tendang, buru-buru ngeshoot kalo udah di depan gawang. Pokoknya grasak-grusuk gitu. Gak tenang. Cepet cape. Alhasil, gua kurang bisa menikmati permainan. Tapi sekarang, dengan ketenangan, gua jauh lebih bisa menikmati permainan bola ini. Gocekan-gocekan gua jauh lebih hidup. Tendangan gua jauh lebih keras. Nafas gua juga gak cepet habis. Gol pun mengalir deras lewat kaki gua. Inilah agaknya buah ketenangan. Makanya dari permainan futsal ini, gua sedikit dapet inspirasi: tenanglah dalam menjalani kehidupan. Gak udah rasak-grusuk. InsyaAllah dengan ketenangan, hasil yang kita peroleh dari apa yang kita lakukan bisa lebih baik. Kenikmatan dalam menjalani kehidupan sehari-hari pun bisa kita peroleh.

Jadi kalo suatu saat gua mulai tergesa-gesa melakukan sesuatu, gua akan ingat permainan futsal. Atau ketika stress karena terlalu tergesa-gesa ngerjain sesuatu, obatnya adalah bermain futsal. Hahahaha….

 

Gua suka sepak bola sejak kecil. Dari SD, bahkan sebelum SD gua udah suka dan sering maen bola. Namanya tinggal di daerah Jakarta pinggiran, tentu banyak lahan kosong yang bisa gua dan temen-temen gua jadikan untuk maen bola pada saat itu. Gak seperti sekarang ini dimana lapangan kosong untuk maen bola sudah sangat berkurang, khususnya di daerah Jakarta. Alhasil, untuk maen bola kita harus mengeluarkan duit untuk menyewa lapangan futsal atau lapangan sepak bola besar yang sesungguhnya. Tentu tidak masalah buat orang yang banyak duit, tapi sangat bermasalah bagi orang yang keuangannya terbatas.

Gua mao sedikit cerita tentang gairah gua maen bola sejak kecil. Gua inget dulu, untuk yang namanya olahraga –khususnya sepak bola-, gua bisa maen seharian full dari pagi sampe malem. Gua maen bareng temen-temen SD sampe temen-temen kampung waktu itu. Dulu, di kampung daerah gua, kompetisinya sangat-sangat berjenjang. Gua inget dulu masih ada kompetisi mulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan sampe Kecamatan. Tapi sayangnya memang gak pernah lepas dari yang namanya tawuran baik pemain maupun penonton-penontonnya. Entah karena gak terima timnya kalah atau karena wasitnya yang dinilai tidak adil. Tapi gua sangat menikmati masa-masa kecil gua yang banyak gua habiskan untuk maen bola.

Gaya maen gua sejak kecil adalah total fighter (sebutan gua sendiri buat orang yang punya gaya maen gak mau lama-lama megang bola dan langsung merebut bola dari kaki lawan secepat mungkin dan membuangnya ke depan atau mengoper pada teman). Nah tipe orang kayak gua adalah tipe seorang bek tangguh. Gua gak bakal tenang kalo maen bola, gua maju-maju ke depan. Harus dipastikan terlebih dahulu bahwa ada bek yang lain ketika gua maju. Kalo gak ada, gua gak akan maju-maju ke depan untuk cetak gol. Makanya gua selalu gak tenang kalo maen bola coz takut gawang tim gua kebobolan dan jarang mencetak gol. Kalo dapet bola, jarang sekali gua megang bola lama-lama. Dapet bola, biasanya gua langsung oper ato tendang ke depan. Yang penting tuh bola jauh dari gawang gua. Demi terhindar dari kebobolan tentunya. Memang gua sangat kuat dalam bertahan. Biasanya memang orang susah untuk ngelewatin gua karena ketika ada lawan yang mendekat ke arah gua dan gawang tim gua, biasanya akan langsung gua samber. Karena gua punya kecepatan dan kekuatan, maka tak begitu sulit bagi gua untuk ngerebut bola dari lawan. Hal ini terus berlangsung hingga gua dewasa. Maksudnya gaya permainan total fighter gua ini tetap bertahan sampe saat ini.

Tapi belakangan, gua mulai disadarkan oleh sesuatu. Sekarang ini gua lebih sering maen futsal ketimbang maen bola di lapangan besar. Tapi celakanya, gaya maen total fighter ini masih tetap bertahan dalam diri gua saat maen futsal. Dan yang menyadarkan gua adalah pernyataan beberapa temen gua yang menilai gua bermain cenderung kasar. Karena bukan orang tua yang kolot, gua coba evaluasi: apa bener gua maennya kasar? Sebenernya hati gua juga gak enak nerimanya. Inilah gaya permainan gua. Inilah karakter asli gua bermain bola. Masa gua harus merubah sesuatu yang sudah gua jalani sejak kecil hingga sekarang. Jujur, gua sangat berat hati pada saat itu jikalau harus merubah gaya permainan gua yang ibaratnya sudah mendarah daging. Tapi inilah faktanya, bahwa ketika bermain futsal, gua jarang mencetak gol. Memang gua bisa menghalau berbagai macam serangan lawan, tapi itu dengan tekelan-tekelan yang sangat merugikan tim gua sendiri serta membuat lawan merasa kesal karena sering di tekel. Akibat gaya bermain gua ini, fisik gua cenderung lebih cepat terkuras karena gua akan terus berlari dan berlari untuk menghalau dan menekel serangan-serangan yang datang.

Sampai pada kenyataan ini, gua coba merenungkan, apa yang salah dengan permainan gua ini sehingga ketika bermain futsal, gua jarang cetak gol. Lawan-lawan banyak yang kesel karena sering di tekel. Dan juga fisik gua yang cepet kendor padahal hanya bermain futsal yang lapangannya cenderung lebih kecil ketimbang sepak bola sebenarnya. Ada apa ini? Benarkah gaya bermain gua ini tak cocok untuk bermain futsal? Haruskah gua merubah gaya bermain gua biar bermain bola lebih terasa nikmat buat gua?

Pergumulan ini tak cukup sehari dua hari untuk gua selesaikan. Hingga suatu ketika, gua coba untuk memutuskan bahwa gua harus merubah gaya permainan gua ini. Khususnya saat bermain futsal. Sebab kalau tidak, bukan kenikmatan bermain bola yang akan gua peroleh, tapi kesengsaraan yang dapat menimbulkan malapetaka buat gua. Gua inget bahwa proses transformasi gaya bermain gua ini gak bisa gua ubah dalam sekali dua kali bermain futsal atau seminggu dua minggu bermain bola. Gua inget bahwa gua butuh waktu yang bisa dibilang tidak sebentar. Makanya, gua sempet merasakan keanehan saat awal-awal gua memulai transformasi gaya bermain ini. Ada sesuatu yang janggal dan tak enak ketika bermain dan menendang bola pada saat itu. Tapi gua sadar, perubahan harus gua lakukan saat ini juga.

Dan sakarang, gua merasa mulai menemukan kenyamanan dengan gaya bermain baru gua saat ini. Gua bisa lebih menikmati permain bola pada saat ini. Dan anehnya, hasrat dan gairah gua untuk bermain bola pada saat ini jauh lebih besar ketimbang dulu-dulu. Inti dari keseluruhan perubahan gaya bermain yang gua lakukan saat ini adalah terletak pada satu kata yaitu KETENANGAN. Yah ketenangan. Satu kata ini yang mampu membuat gua saat ini menyenangi secara lebih akan sepak bola. Untuk tau dampaknya lebih jauh, tentu gua harus membuktikannya lebih banyak untuk bermain bola. Apakah benar dengan kata kunci ini gua bisa bermin bol lebih baik dari yang sudah-sudah. Tapi yang jelas, saat ini gua jauh lebih menikmati bermain bola dengan satu kata ini: KETENANGAN. Kita tunggu saja kelanjutannya…hahahahaha……

Belakangan, berita-berita di media televisi kita banyak memberitakan demo-demo yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat pecinta sepak bola Indonesia. Hampir semua media televisi, memberitakan segala kebobrokan yang ada di tubuh PSSI. Tapi ada satu menurut saya media televisi yang tidak fair karena sama sekali tidak mewartakan aksi-aksi demo yang telah terjadi di hampir seluruh pelosok negeri ini. Padahal, kita semua tahu, stasiun televisi ini adalah salah satu stasiun yang memiliki fokus di bidang pemberitaan. Atau, kalaupun ada berita terkait PSSI yang di tampilkan, hanyalah sebatas berita-berita yang tidak mengecam PSSI. Buat gua, ini sungguh tidak fair. Sama seperti Dipo Alam yang mengatakan bahwa ada media televisi yang sering memberitakan kejelekan-kejelekan pemerintah. Buat gua, ada juga benarnya perkataan beliau. Meski tidak seluruhnya benar tentu.

Yang jadi pertanyaan adalah, mampukah Rezim Kerajaan Nurdin tetap eksis di jagat sepak bola Indonesia dengan tetap menguasai PSSI. Agaknya, hal ini sedikit sulit mengingat seluruh media-media televisi yang ada di Indonesia tak ada satupun yang pro pada Nurdin beserta kroni-kroninya di PSSI kecuali satu media yang saya maksud di atas. Kita semua tahu bahwa media televisi adalah salah satu media yang paling besar pengaruhnya terhadap pembentukan opini publik. Apalagi kalau kita lihat, jelas bahwa pemerintahpun anti terhadap Nurdin Cs. Hal itu bisa terlihat dari pidato-pidato pak Andi Mallarangeng selaku Menpora.

Maka selama seminggu belakangan ini, kita banyak melihat aksi-aksi yang merebak bak jamur di seluruh pelosok tanah air. Ini tentunya tak lepas peran dari media televisi. Tapi, menurut gua, jauh sebelum media televisi ini dengan gencar ikut-ikutan menghujat Nurdin Cs, pembentukan opini telah terbentuk pada media surat kabar dan juga media online. Dari sinilah berawal pembentukan opini publik. Maka dengan ditambah pemberitaan-pemberitaan yang ada di televisi, semakin gencarlah suara-suara yang menghendaki adanya Revolusi di tubuh PSSI terbentuk.

Jika sudah seperti ini, maka akan sangat sulit bagi Nurdin Cs untuk tetap bertahan. Gua pribadi orang yang mempercayai “People Power”. Kekuatan masyarakat. Inilah yang terjadi pada Tunisia dan Mesir beberapa waktu yang lalu. Bahkan negeri kita pun pernah mengalaminya. Presiden yang diktator serta otoriter yang telah memimpin puluhan tahunpun takluk di tangan “People Power” ini. Apalagi hanya sebatas kerajaan Nurdin Cs. Bisa. Gua yakin bisa digulingkan.

Maka gua pribadi menyerukan pada semua orang Indonesia yang mencintai sepak bola khususnya dan seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya untuk bersatu padu membulatkan tekad pada satu kata: Tolak Nurdin beserta kroni-kroninya di PSSI. Revolusi PSSI merupakan harga mati jika sepak bola Indonesia ingin keluar pada zona degradasi prestasi. Ayo semuanya, bersatulah para suporter yang ada di seluruh Indonesia. Inilah saat yang paling tepat untuk mencampakkan Para Kriminal sepak bola yang ada di PSSI.


Total Kunjungan:

  • 661,494 hits

Follow me on Twitter

Yang Lagi OL

PageRank

Kenal Lebih Dekat di: