Nur Ali Muchtar

Archive for the ‘Sepak Bola’ Category

Hidayat Nurwahid & Didik J Rachbini Nobar Belanda Vs Jerman Bareng Warga Kampung Melayu

Hidayat Nurwahid & Didik J Rachbini Nobar Belanda Vs Jerman Bareng Warga Kampung Melayu

JAKARTA (13/6) — Eforia Piala Eropa (EURO) 2012 terasa di mana-mana. Pasangan cagub dan cawagub DKI Jakarta, Hidayat Nurwahid-Didik J Rachbini tidak mau ketinggalan merasakan eforia tersebut.

Dini hari ini, pasangan nomor urut 4 ini pun nonton bareng warga laga Belanda Vs Jerman di RT 016 RW 03 di Kampung Melayu, Jakarta Timur, Kamis (14/6/2012).

Hidayat dan Didik tiba, Rabu (13/6) pukul 23.00 WIB. Kehadiran Hidayat-Didik ke tempat nobar cukup mengejutkan sekitar ratusan warga setempat. Sebabnya, tempat nobar mereka yang tepat di pinggir kali Ciliwung ternyata disinggahi calon gubernur.

Sebelum nobar, Mantan Ketua MPR RI ini  tidak lupa melapor ke ketua RT setempat terlebih dahulu.

“Kita kan tahu aturan. Indonesia kan negara hukum,” ujar Hidayat saat bertamu ke rumah ketua RT 016, Wawan Sarwani.

Wawan pun menyambut baik kehadiran Hidayat dan Didik di kediamannya.

“Tentu kami senang, Pak Hidayat dan Pak Didik berkenan nobar di sini sama warga. Kita juga bisa sekalian curhat tentang Jakarta,” kata Wawan yang disambut gelak tawa warga.

Warga RT 016 memang biasa menggelar acara nobar, apa lagi dengan adanya Piala Eropa. Bahkan warga setempat menyediakan tempat khusus nobar. Tempat yang berlokasi di pekarangan kosong warga yang bersampingan dengan kali ciliwung selalu ramai dikunjungi warga.***

sumber: http://www.hidayatdidik.net/

PKS Marunda

tadi maen bola dengan anak-anak dari bambu kuning rw2, sungai tiram, marunda, jakarta utara. dari 12 orang anak usia sekolah smp-sma, dimana mereka ini masih dalam satu rt, cuma 3 orang yang masih sekolah. sisanya putus sekolah. alasan utamanya selain masalah dana yaitu tidak adanya motivasi dari lingkungan tempat dimana mereka tinggal sehingga mereka menggangap, buat apa sekolah? apa gunanya buat kami? toh si anu lulusan sma sama aja dengan kita-kita dan kebanyakan orang, MENGANGGUR. ironis.

tetapi ada hal penting yang perlu kita renungi di sini yaitu kenyataan bahwa suatu bangsa tidak akan bisa maju jika minat sekolah (belajar) anak-anak usia sekolahnya kecil atau bahkan hilang sama sekali. pendidikan (tarbiyah) adalah jawaban dari pertanyaan: “apa kunci dibalik kemajuan peradaban suatu bangsa?”.

dari tarbiyah (pendidikan) inilah segalanya bermula. dan memang ada benarnya perkataan, “tarbiyah memang bukan segala-galanya, tapi segala-galanya bisa bermula dari tarbiyah”. so, tarbiyah adalah keniscayaan bagi umat manusia, lebih-lebih untuk rakyat indonesia dimana negara besar ini masih dalam posisi tertinggal cukup jauh dibandingkan dengan negara-negara maju yang lain.

PKS Marunda

PKS Marunda

dalam hampir semua kompetisi, terlebih sepak bola, saya percaya dengan yang namanya PERSIAPAN (preparation). tim yang persiapannya lebih matang, dialah yang akan menang. mari kita bandingkan: timnas hanya melakukan persiapan selama dua bulan. sedang malaysia dua tahun. bahkan sudah sejak sepuluh tahun yang lalu malaysia dengan getol melakukan pembinaan bibit-bibit muda. indonesia? pemimpinnya lebih sibuk mempertahankan kekuasaan dan mencari alibi alih-alih dibilang gagal. masih inget kan era kepemimpinan Nurdin Cs?

mari kita liat spanyol. negara peringkat satu di jagat sepak bola saat ini. atau barcelona. klub dari planet lain (ini dikatakan teman saya saking kagumnya dengan permainan barca). siapa bilang spanyol dan barcelona menjadi seperti itu hanya dalam waktu sekejap. ini yang harus kita catat: MEREKA MELAKUKAN PEMBINAAN SEJAK PULUHAN TAHUN YANG LALU. makanya saat ini mereka bisa seperti itu.

maka tidak ada cara lain yang lebih baik bagi indonesia kalo mau maju dalam olahraga apapun terlebih sepak bola. LAKUKAN PEMBINAAN BERJENJANG SEDINI MUNGKIN. khusus untuk sepak bola indonesia: perbaiki juga kualitas kompetisinya. kalo dua hal ini saja dilakukan dengan serius, insyaAllah sepak bola dan olahraga kita bisa maju di masa-masa yang akan datang.

salut untuk garuda muda yang sudah berjuang. selamat juga untuk malaysia yang harus kembali juara di dua sea games terakhir berturut-turut. itulah jerih payahmu. kalian layak memetik buahnya sekarang. mudah-mudahan bangsa kami bisa lebih baik di masa-masa yang akan datang. amin.

#TETEP CINTA INDONESIA DENGAN SEGALA PERMASALAHANNYA.

Ketenangan yang gua maksud di sini, masih berkaitan dengan postingan gua yang ini. Jujur, semakin gua menghayati dan merasakan kata “ketenangan” saat bermain futsal, semakin gua menikmati olahraga yang satu ini. Gua memang suka bola sejak kecil. Namun, saat-saat SMA adalah saat dimana gua kurang bisa menikmati olahraga yang paling digemari di dunia ini. Sekarang gua mau coba kait-kaitin hubungan antara sifat-sifat kita dengan sepak bola.

Yang mau gua ceritain di sini tentu berkaitan dengan diri gua sendiri. Gua ini tipe orang yang bisa dibilang agak tergesa-gesa dalam aktivitas keseharian. Ketika melakukan sesuatu, biasanya gua maunya cepet selesai. Contohnya adalah ketika makan. Saat makan, biasanya gua selalu menghabiskan makanan dengan cepat meski makan gua itu nyambil dengan nonton tv atau baca koran. Bahkan ketika makan sambil ngobrolpun biasanya gua menghabiskan makanan gua dalam waktu yang cepat. Baru abis itu bisa tenang mengobrol. Hapir gak pernah gua menunda makan gua selama bermenit-menit trus abis itu dilanjutin lagi makan makanan yang tadi belom habis. Entah kenapa rasanya kok gua gak betah gitu kalo makan atau ngerjain sesuatu berlama-lama.

Contoh yang lain semisal saat gua hendak pergi ke suatu tempat. Semisal di tengah jalan gua ketemu temen atau kerabat yang ngajakin ngobrol, biasanya gua gak mau berlama-lama untuk ngobrol. Hati gua maksa untuk buru-buru ke tempat yang gua tuju. Contoh lainnya lagi yaitu ketika nyalin catetan. Biasanya gua males ketika nyatet, tapi sambil mahamin apa yang gua catet. Hasrat hati gua selalu ngedesak gua untuk buru-buru nyelesain nyatet. Kalo udah selesai, baru pahamin.

Banyak hal-hal lain sebenernya yang menggambarkan betapa gua ini adalah orang yang cenderung pengennya buru-buru (tergesa-gesa) ketika hendak mengerjakan atau mendapatkan sesuatu. Tentu ini hal yang kurang baik buat gua meski ada juga hal baiknya dari kebiasaan gua yang satu ini. Tapi belakangan, gua dapet inspirasi dari permainan sepak bola. Tepatnya ketika bermain futsal.

Seperti yang sempat gua singgung di atas. Buah ketenangan, sekarang gua bisa merasakan betapa nikmatnya bermain futsal itu. Makanya disini gua coba mengaitkan ketenganan saat bermain bola dengan ketengan diri kita kala melakoni kehidupan sehari-hari. Jadi, berdasarkan apa yang gua alami, gua memahami bahwa karakter orang bisa terlihat ketika dia bermain bola. Kebiasaan gua yang inginnya buru-buru menyelesaikan sesuatu, terbawa hingga ke permainan sepak bola. Saat bermain bola, biasanya gua gak bisa tenang. Pengennya buru-buru lari, buru-buru tendang, buru-buru ngeshoot kalo udah di depan gawang. Pokoknya grasak-grusuk gitu. Gak tenang. Cepet cape. Alhasil, gua kurang bisa menikmati permainan. Tapi sekarang, dengan ketenangan, gua jauh lebih bisa menikmati permainan bola ini. Gocekan-gocekan gua jauh lebih hidup. Tendangan gua jauh lebih keras. Nafas gua juga gak cepet habis. Gol pun mengalir deras lewat kaki gua. Inilah agaknya buah ketenangan. Makanya dari permainan futsal ini, gua sedikit dapet inspirasi: tenanglah dalam menjalani kehidupan. Gak udah rasak-grusuk. InsyaAllah dengan ketenangan, hasil yang kita peroleh dari apa yang kita lakukan bisa lebih baik. Kenikmatan dalam menjalani kehidupan sehari-hari pun bisa kita peroleh.

Jadi kalo suatu saat gua mulai tergesa-gesa melakukan sesuatu, gua akan ingat permainan futsal. Atau ketika stress karena terlalu tergesa-gesa ngerjain sesuatu, obatnya adalah bermain futsal. Hahahaha….

 

Gua suka sepak bola sejak kecil. Dari SD, bahkan sebelum SD gua udah suka dan sering maen bola. Namanya tinggal di daerah Jakarta pinggiran, tentu banyak lahan kosong yang bisa gua dan temen-temen gua jadikan untuk maen bola pada saat itu. Gak seperti sekarang ini dimana lapangan kosong untuk maen bola sudah sangat berkurang, khususnya di daerah Jakarta. Alhasil, untuk maen bola kita harus mengeluarkan duit untuk menyewa lapangan futsal atau lapangan sepak bola besar yang sesungguhnya. Tentu tidak masalah buat orang yang banyak duit, tapi sangat bermasalah bagi orang yang keuangannya terbatas.

Gua mao sedikit cerita tentang gairah gua maen bola sejak kecil. Gua inget dulu, untuk yang namanya olahraga –khususnya sepak bola-, gua bisa maen seharian full dari pagi sampe malem. Gua maen bareng temen-temen SD sampe temen-temen kampung waktu itu. Dulu, di kampung daerah gua, kompetisinya sangat-sangat berjenjang. Gua inget dulu masih ada kompetisi mulai dari tingkat RT, RW, Kelurahan sampe Kecamatan. Tapi sayangnya memang gak pernah lepas dari yang namanya tawuran baik pemain maupun penonton-penontonnya. Entah karena gak terima timnya kalah atau karena wasitnya yang dinilai tidak adil. Tapi gua sangat menikmati masa-masa kecil gua yang banyak gua habiskan untuk maen bola.

Gaya maen gua sejak kecil adalah total fighter (sebutan gua sendiri buat orang yang punya gaya maen gak mau lama-lama megang bola dan langsung merebut bola dari kaki lawan secepat mungkin dan membuangnya ke depan atau mengoper pada teman). Nah tipe orang kayak gua adalah tipe seorang bek tangguh. Gua gak bakal tenang kalo maen bola, gua maju-maju ke depan. Harus dipastikan terlebih dahulu bahwa ada bek yang lain ketika gua maju. Kalo gak ada, gua gak akan maju-maju ke depan untuk cetak gol. Makanya gua selalu gak tenang kalo maen bola coz takut gawang tim gua kebobolan dan jarang mencetak gol. Kalo dapet bola, jarang sekali gua megang bola lama-lama. Dapet bola, biasanya gua langsung oper ato tendang ke depan. Yang penting tuh bola jauh dari gawang gua. Demi terhindar dari kebobolan tentunya. Memang gua sangat kuat dalam bertahan. Biasanya memang orang susah untuk ngelewatin gua karena ketika ada lawan yang mendekat ke arah gua dan gawang tim gua, biasanya akan langsung gua samber. Karena gua punya kecepatan dan kekuatan, maka tak begitu sulit bagi gua untuk ngerebut bola dari lawan. Hal ini terus berlangsung hingga gua dewasa. Maksudnya gaya permainan total fighter gua ini tetap bertahan sampe saat ini.

Tapi belakangan, gua mulai disadarkan oleh sesuatu. Sekarang ini gua lebih sering maen futsal ketimbang maen bola di lapangan besar. Tapi celakanya, gaya maen total fighter ini masih tetap bertahan dalam diri gua saat maen futsal. Dan yang menyadarkan gua adalah pernyataan beberapa temen gua yang menilai gua bermain cenderung kasar. Karena bukan orang tua yang kolot, gua coba evaluasi: apa bener gua maennya kasar? Sebenernya hati gua juga gak enak nerimanya. Inilah gaya permainan gua. Inilah karakter asli gua bermain bola. Masa gua harus merubah sesuatu yang sudah gua jalani sejak kecil hingga sekarang. Jujur, gua sangat berat hati pada saat itu jikalau harus merubah gaya permainan gua yang ibaratnya sudah mendarah daging. Tapi inilah faktanya, bahwa ketika bermain futsal, gua jarang mencetak gol. Memang gua bisa menghalau berbagai macam serangan lawan, tapi itu dengan tekelan-tekelan yang sangat merugikan tim gua sendiri serta membuat lawan merasa kesal karena sering di tekel. Akibat gaya bermain gua ini, fisik gua cenderung lebih cepat terkuras karena gua akan terus berlari dan berlari untuk menghalau dan menekel serangan-serangan yang datang.

Sampai pada kenyataan ini, gua coba merenungkan, apa yang salah dengan permainan gua ini sehingga ketika bermain futsal, gua jarang cetak gol. Lawan-lawan banyak yang kesel karena sering di tekel. Dan juga fisik gua yang cepet kendor padahal hanya bermain futsal yang lapangannya cenderung lebih kecil ketimbang sepak bola sebenarnya. Ada apa ini? Benarkah gaya bermain gua ini tak cocok untuk bermain futsal? Haruskah gua merubah gaya bermain gua biar bermain bola lebih terasa nikmat buat gua?

Pergumulan ini tak cukup sehari dua hari untuk gua selesaikan. Hingga suatu ketika, gua coba untuk memutuskan bahwa gua harus merubah gaya permainan gua ini. Khususnya saat bermain futsal. Sebab kalau tidak, bukan kenikmatan bermain bola yang akan gua peroleh, tapi kesengsaraan yang dapat menimbulkan malapetaka buat gua. Gua inget bahwa proses transformasi gaya bermain gua ini gak bisa gua ubah dalam sekali dua kali bermain futsal atau seminggu dua minggu bermain bola. Gua inget bahwa gua butuh waktu yang bisa dibilang tidak sebentar. Makanya, gua sempet merasakan keanehan saat awal-awal gua memulai transformasi gaya bermain ini. Ada sesuatu yang janggal dan tak enak ketika bermain dan menendang bola pada saat itu. Tapi gua sadar, perubahan harus gua lakukan saat ini juga.

Dan sakarang, gua merasa mulai menemukan kenyamanan dengan gaya bermain baru gua saat ini. Gua bisa lebih menikmati permain bola pada saat ini. Dan anehnya, hasrat dan gairah gua untuk bermain bola pada saat ini jauh lebih besar ketimbang dulu-dulu. Inti dari keseluruhan perubahan gaya bermain yang gua lakukan saat ini adalah terletak pada satu kata yaitu KETENANGAN. Yah ketenangan. Satu kata ini yang mampu membuat gua saat ini menyenangi secara lebih akan sepak bola. Untuk tau dampaknya lebih jauh, tentu gua harus membuktikannya lebih banyak untuk bermain bola. Apakah benar dengan kata kunci ini gua bisa bermin bol lebih baik dari yang sudah-sudah. Tapi yang jelas, saat ini gua jauh lebih menikmati bermain bola dengan satu kata ini: KETENANGAN. Kita tunggu saja kelanjutannya…hahahahaha……

Belakangan, berita-berita di media televisi kita banyak memberitakan demo-demo yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat pecinta sepak bola Indonesia. Hampir semua media televisi, memberitakan segala kebobrokan yang ada di tubuh PSSI. Tapi ada satu menurut saya media televisi yang tidak fair karena sama sekali tidak mewartakan aksi-aksi demo yang telah terjadi di hampir seluruh pelosok negeri ini. Padahal, kita semua tahu, stasiun televisi ini adalah salah satu stasiun yang memiliki fokus di bidang pemberitaan. Atau, kalaupun ada berita terkait PSSI yang di tampilkan, hanyalah sebatas berita-berita yang tidak mengecam PSSI. Buat gua, ini sungguh tidak fair. Sama seperti Dipo Alam yang mengatakan bahwa ada media televisi yang sering memberitakan kejelekan-kejelekan pemerintah. Buat gua, ada juga benarnya perkataan beliau. Meski tidak seluruhnya benar tentu.

Yang jadi pertanyaan adalah, mampukah Rezim Kerajaan Nurdin tetap eksis di jagat sepak bola Indonesia dengan tetap menguasai PSSI. Agaknya, hal ini sedikit sulit mengingat seluruh media-media televisi yang ada di Indonesia tak ada satupun yang pro pada Nurdin beserta kroni-kroninya di PSSI kecuali satu media yang saya maksud di atas. Kita semua tahu bahwa media televisi adalah salah satu media yang paling besar pengaruhnya terhadap pembentukan opini publik. Apalagi kalau kita lihat, jelas bahwa pemerintahpun anti terhadap Nurdin Cs. Hal itu bisa terlihat dari pidato-pidato pak Andi Mallarangeng selaku Menpora.

Maka selama seminggu belakangan ini, kita banyak melihat aksi-aksi yang merebak bak jamur di seluruh pelosok tanah air. Ini tentunya tak lepas peran dari media televisi. Tapi, menurut gua, jauh sebelum media televisi ini dengan gencar ikut-ikutan menghujat Nurdin Cs, pembentukan opini telah terbentuk pada media surat kabar dan juga media online. Dari sinilah berawal pembentukan opini publik. Maka dengan ditambah pemberitaan-pemberitaan yang ada di televisi, semakin gencarlah suara-suara yang menghendaki adanya Revolusi di tubuh PSSI terbentuk.

Jika sudah seperti ini, maka akan sangat sulit bagi Nurdin Cs untuk tetap bertahan. Gua pribadi orang yang mempercayai “People Power”. Kekuatan masyarakat. Inilah yang terjadi pada Tunisia dan Mesir beberapa waktu yang lalu. Bahkan negeri kita pun pernah mengalaminya. Presiden yang diktator serta otoriter yang telah memimpin puluhan tahunpun takluk di tangan “People Power” ini. Apalagi hanya sebatas kerajaan Nurdin Cs. Bisa. Gua yakin bisa digulingkan.

Maka gua pribadi menyerukan pada semua orang Indonesia yang mencintai sepak bola khususnya dan seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya untuk bersatu padu membulatkan tekad pada satu kata: Tolak Nurdin beserta kroni-kroninya di PSSI. Revolusi PSSI merupakan harga mati jika sepak bola Indonesia ingin keluar pada zona degradasi prestasi. Ayo semuanya, bersatulah para suporter yang ada di seluruh Indonesia. Inilah saat yang paling tepat untuk mencampakkan Para Kriminal sepak bola yang ada di PSSI.

Salut untuk Jepang. Empat kali masuk final, empat kali juara. Ini sebuah bukti bahwa Jepang telah berhasil mengembangkan sepak bolanya. Meski dengan postur yang jauh lebih kecil, tapi Jepang mampu mengalahkan tim raksasa (dalam hal postur) seperti Australia di babak final dengan skor tipis 1-0. Adalah … Lee yang mencetak gol di menit 109 dengan gol cantik yang menurut saya adalah gol kelas dunia. Dan pantaslah Kawashima yang mampu menjaga gawang Nipon dari serbuan Socceroos agar tetap perawan menyabet gelar Man of The Match dalam laga ini.

Jepang yang bermaterikan pasukan dengan average 24 tahun, adalah Jepang yang baru mengembangkan sepak bolanya di tahun 80-an. Bandingkan dengan Indonesia yang entah sudah sejak berapa lama. Mungkin jika dibandingkan, sepak bola Indonesia ibarat kakek tua yang umurnya sudah mendekati senja dan Jepang adalah remaja yang baru mulai tumbuh menjadi dewasa. Ini adalah sebuah bukti bahwa pembinaan sepak bola di Jepang, telah berhasil.

Saya maklum dengan hal ini. Pasalnya, budaya dan kesadaran masyarakat serta para pemimpin Jepang sangat-sangat tinggi. Coba bayangkan seandainya pelatih Jepang Takeshi Okada di Piala Dunia 2010 lalu tak mengundurkan diri atas kesadarannya, belum tentu Jepang akan menjuarai Piala Asia 2011 ini. Itulah karakter orang-orang Jepang. Jika merasa gagal, mereka, tanpa disuruh untuk lengser, turun sendiri. Apa Jepang di Piala Dunia 2010 kemarin itu gagal? Sekali lagi, itulah orang-orang Jepang. Harusnya kita dan para pemimpin kita banyak belajar dari negara Blue Samurai ini.

Melihat tinggi para pemain Jepang ini, pikiran saya kembali pada para pemain sepak bola Indonesia. Benar bahwa pemain-pemain kita tidak tinggi, yang dampaknya tentu berimbas pada sulitnya bersaing dengan pemain-pemain Eropa yang notabene bertubuh besar. Tapi lihatlah Jepang. Mereka tak gentar melawan Australia yang adalah keturunan Eropa juga. Atau, lebih jauh, lihatlah Barcelona. Tim asal Katalan ini adalah tim di Eropa yang memiliki rata-rata tinggi tubuh terpendek se-Eropa yaitu hanya 177 cm. Tapi nyatanya, mereka mampu menjadi salah satu yang terbaik di Eropa sana.

Jadi penekanannya di sini adalah, buka melulu masalah tinggi badan yang membuat kita tidak berprestasi di kancah Internasional. Ada masalah yang lain.

Jika kita beralasan lagi misalkan bahwa orang-orang Indonesia tidak berbakat menjadi pemain sepak bola, pastinya ini salah besar. Jika itu benar, mengapa banyak pemain keturunan Indonesia yang lahir dan besar di luar malah bisa menjadi bintang di klub-klub dan negara elit Eropa? Sebut misalkan Van Bronkhoost, Nigel De Jong, Raja Nainggola, Van Persie, dll. Maka jawabannya adalah ada yang salah dengan pembinaan dan sistem kompetisi di negara kita. Saya meyakini bahwa Indonesia penuh dengan talenta-talenta muda kelas dunia. Hanya saja, mereka-mereka yang tak menjadi bintang di masa keemasannya itu, tak didukung oleh lingkungan sepak bola yang kondusif dan kompetitif. Inilah permasalahan utamanya. Maka jika kita ingin maju dalam sepak bola, perhatikanlah pembinaan usia muda dan perbaikilah sistem kompetisi yang ada. Contohlah negara-negara Asia yang lain seperti Jepang, Australia, atau Korea Selatan. Ga usah jauh-jauh melihat ke Eropa sana. Yang deket-deket aja dulu.

Semoga Indonesia maju ke depannya. Bravo sepak bola Indonesia dan selamat untuk Jepang.

 

Beragam cara yang bisa digunakan orang untuk mengkritik para pemimpin yang tidak benar. Banyak yang bisa kita saksikan di media-media, baik itu media televisi, tulisan, film, lagu, dll. Hampir semua orang Indonesia pasti pernah mendengar lagu “Andai Aku Jadi Gayus” karya Bona Paputungan. Belakangan juga kita lihat lagu yang mengkritik Nurdin Halid lewat video yang di unggah via youtube. Lagu itu berjudul “Nurdin Turun Downk”. Stefani, sang pelantun tembang tersebut, awalnya tak menduga bahwa lagunya itu akan diputar oleh puluhan ribu netter. Tapi nyatanya, ia, yang semula tak percaya, kini terpaksa harus mempercayainya. Sontak, ia banyak didaulat oleh stasiun televisi untuk mengisi acara untuk sekadar wawancara. Saya sendiri pernah melihat gadis ABG itu nongkrong di Metro TV. Belakangan, wajahnya muncul di koran Kompas.

Entah apah yang melatar belakangi perbuatannya itu, motivasi pribadinya itu. Tapi setau saya, dari penuturannya di Metero TV, ia hanya menyanyikan lagu yang diciptakan oleh kakak kandungnya. Ia diminta oleh sang kakak untuk menyanyikan tembang yang hanya ia hafal selama beberapa jam saja. Jika melihat konteks dari apa yang ia tuturkan, maka tampak bahwa ia memang tidak ingin mencari popularitas, bahkan sang kakak yang notabene pencita lagu itu pun tidak. Bisa jadi bahwa sang kakak adalah seorang gilbol asal Indonesia, yang hatinya sudah gundah melihat karut marut persepakbolaan Indonesia. Maka gundahannya itu, sama seperti Bona Paputungan, keluar dari hati nurani. Dan karena ia peduli dengan sepak bola Indonesia, maka ia gunakan kepampuannya dalam berlagu untuk turut menyentil sang penguasa PSSI itu.

Barusan, di Metro TV pula, diwartakan muncul video di youtube yang juga mengkritik Nurdin Halid. Kali ini dinyanyikan oleh Sayyidin Band dengan judul yang agak dipelintir, “Nurdin Ali”. Lumayan bagus lagunya. Tapi saya tidak tahu apa motif pribadinya. Yang jelas, saya sangat mengapresiasi anak bangsa yang juga turut peduli menggemakan suara keadilan di Indonesia ini. Semakin banyak media yang digunakan untuk mengkritik sang pemimpin yang korup dan cenderung melenceng dari visi dan misi sebenarnya, semakin banyak pula masyarakat yang tahu akan kelicikan-kelicikan sang pemimpin.

Belakangan saya juga melihat ada modifan film yang digunakan untuk mengkritik Nurdin Halid dan PSSI. Film yang aslinya adalah film Barat itu, diubah percakapannya sedemikian rupa dengan bahasa Indonesia yang menyentil Nurdin dan PSSI.

Saya teringat akan apa yang diungkapkan Nurdin bahwa ia tak akan turun dengan kritikan-kritikan semacam itu. Meski ada jutaan orang berdemonstrasi yang menuntut ia untuk turunpun, ia tak akan pernah mau turun. Meski ada jutaan video (baik itu lagu ataupun film) di youtube yang menghujat dan mengkritik, ia tak akan bersedia turun. Meski ada sejuta media tulisan yang mencacimaki, ia tak akan pernah gentar dan akan tetap pada posisinya. Karena ia pernah berkata, ia baru akan turun jika statuta PSSI dan FIFA menghendakinya turun. Meski belakangan ia memang santer mendengungkan statuta dan statuti PSSI dan FIFA, namun nyatanya, ia sendiri adalah orang yang paling banyak melanggar statuta tersebut.

Entah tepat entah tidak, orang yang sering bersembunyi di ketiak statuta PSSI dan FIFA inipun memang harus dilawan dengan konstitusi. Begitulah pandangan seorang pengamat sepak bola. Bersainglah di bursa pemilihan ketua umum PSSI. Jika ia kalah, maka ia akan lengser. Jika ia menang, maka ia akan kembali bercokol di sana.

“Barcelona belum juara”, benar adanya ungkapan Pep Guardiola, pelatih Barcelona itu. Tadi pagi, Real Madrid berhasil memperkecil jarak poin menjadi empat yang sebelumnya sempat terpaut tujuh poin dari pimpinan klasemen, Barcelona. Real Madrid masih terus menempel ketat Barcelona. Perburuan titel juara semakin sengit. Masih ada banyak pertandingan bagi Los Blancos untuk mengejar rival beratnya itu. Mereka masih harus saling “adu jotos” dalam duel El Clasico nanti di Santiago Bernabeu, markas Madrid.

Benzema menjadi pahlawan dalam pertadingan tadi bagi kala bentrok dengan Real Mallorca. Golnya, lewat tendangan maut kaki kirinya, menjadi satu-satunya gol yang tercipta di sepanjang pertandingan. Sang entrenador Jose “The Special One” Mourinho memasukan Benzema sebagai stiker murni yang kemudian ditopang oleh CR7, Angel Di Maria serta Kaka di tengah. Fernando Gago dan Granero pun turut serta dalam pertandingan menentukan bagi Madrid itu. Di bawah, Sergio Ramos, Ricardo Carvalho, Marcelo serta Arbeloa selalu siap menjaga gawangnya Iker Casillas.

Itu komposisi di babak pertama. Karena tidak membuahkan hasil alias tidak ada gol tercipta di 45 menit pertama itu, terpaksa sang entrenador “mendepak” Kaka dan Gago dengan penggantinya, siapa lagi kalo bukan “Si Mayat” Mesut Oezil serta play maker Xavi Alonso. Pertandingan semakin menarik. Variasi serangan mulai hidup. Dan tibalah bom waku yang mampu merobek jala penjaga gawang Mallorca, Dudu Aouate itu melalui aksi memukau striker kebangsaan Prancis itu. Maka, ia telah menjadi pahlawan pagi itu.

Saya menduga, Jorge Valdano, Direktur Umum Real Madrid, tersenyum sambil berkata dalam hati: “Apa gw bilang Jose, Benzema itu pemain hebat. Makanya harus sering di maenin. Lo-nya aja yang gak tau pemain”. Hahaha. Itu hanya khayalan saya aja. Gak usah dianggap serius.

Bravo Madrid. Semoga juara di akhir musim.

Karim Benzema. (sumber gambar: sini)

Meski saya bukan orang bandung, namun saya sangat mendukung jika Persib berniat untuk pindah ke LPI. “Tinggalkan saja LSI yang sudah membuat Anda dan kebanyakan dari kita kecewa. Sudah terbuktikan kan bahwa kompetisi yang diagungkan NH sebagai yang terbaik se-Asia Tenggara ini adalah kompetisi yang boborok. Penuh dengan intrik. Pernyataannya itu tak berdasar pada fakta yang ada di lapangan. Hanya omong kosong yang digunakan sebagai senjata politik untuk memuluskan langkahnya untuk kembali memimpin kali ke-tiga”. Jadi, buat apa bertahan?

Meski LPI telah bergulir, namun LPI masih menyediakan kuota untuk 3 tim yang mau bergabung. Saat ini telah ada Persik Kediri serta Persijap Jepara dan 3 klub besar lainnya dalam waiting list. Ganyang dan boycott LSI. Kompetisi yang memakan uang rakyat dalam bentuk dana APBD yang bisa menghabiskan sekitar 700 miliar per-kompetisinya. Kompetisi yang 99 persen uangnya masuk ke kantong PSSI untuk dinikmati sendiri. Kompetisi yang tak bisa membuat wakilnya berbicara banyak di ajang Champions Asia (tanpa mengecilkan klub perwakilan dari Indonesia). Kompetisi yang jadwalnya sering molor dan pertandingannya sering tertunda akibat penonton yang kecewa untuk kemudian berhamburan ke lapangan karena ulah wasit yang tidak profesional memimpin. Kompetis yang tak bisa dijual ke negara lain.

Bobotoh (Viking) telah merestui dari gemuruh suarnya di lapangan tadi malam. Para pemain seperti Eka Ramdhani, Siswanto, dll telah menyatakaan loyalitasnya jika Persib pindah kompetisi ke LPI. Wakil Gubernur yang kebetulan Duta Persib pun sepertinya telah memberi lampu hijau bagi pesib untuk hengkang ke LPI asalkan mendapatkan restu dari Bobotoh. Maka, keputusan akhir hanya tinggal di pihak manajemen Persib.

Memang LPI belum banyak membuktikan bahwa dirinya layak menjadi kompetisi alternatif. Namun setidaknya, angin segar perubahan telah mulai terlihat. Maju terus LPI. Maju terus untuk orang-orang yang niatnya murni ingin memajukan sepak bola dan olahraga Indonesia. I love u all. Indonesia pasti bisa.


Total Kunjungan:

  • 661,492 hits

Follow me on Twitter

Yang Lagi OL

PageRank

Kenal Lebih Dekat di: