Archive for the ‘Renungan’ Category
Memberi Pada Hal-Hal Yang Pokok
Posted June 16, 2011
on:Kebaikan. Begitulah rupa kata dan perbuatan yang teramat indah mempesona untuk diucap dan didengar. Terlebih untuk diaplikasikan. Bahwa setiap orang yang memancarkan aura kebaikan dalam dirinya, maka ia pasti memberi. Memberi sebanyak-banyaknya pada siapapun orangnya. Inilah agaknya rahasia dibalik rahasia tentang, “Mengapa ada orang yang memiliki magnet penarik yang begitu kuatnya pada diri kita?”. Jawabannya adalah: Karena orang-orang yang banyak memberi kebajikan itu adalah orang-orang yang telah mengembangkan gagasan dalam dirinya untuk menjadi seorang pecinta. Yah, pecinta. Pecinta sejati. Cinta dengan sebenar-benarnya cinta. Bahwa cinta adalah memberi. Itulah makna sejatinya. Itulah gagasan utamanya.
Itulah fenomena yang menjelaskan mengapa ada orang yang ketika kita berhadapan dengannya, kita tak mampu untuk berkata tidak dihadapannya. Saat ia berbicara. Saat ia berceramah. Saat ia berkhutbah. Saat ia memberikan petuha-petuah dan nasihat-nasihatnya kepada kita. Kita tunduk pada dirinya. Itulah fenomena yang menjelaskan mengapa kita seolah menjadi seekor keledai yang hidungnya telah dicucuk oleh sang pemilik. Jawabannya adalah karena kebaikannya yang terjelma dari apa yang ia berikan pada kita jauh lebih banyak dari apa yang kita berikan untuknya.
Hal inilah yang terjadi pada seorang pemuda dengan ibu kost-annya di suatu tempat di dekat kampus ternama di Depok sana.
Pemberian pertama ibu kost-an tersebut pada pemuda itu adalah harga sewa kamar yang murah. Cukuplah itu membantu meringankan biaya bulanan yang harus dikeluarkan sang pemuda. Bukan main kelabakannya jika pemuda itu harus mengeluarkan biaya yang lebih besar dari harga sewa kost-an yang ditetapkan oleh ibu kost-an tersebut. Maka harga sewa kamar yang murah itu adalah pemberian. Pemberian pertama seorang ibu kost-an pada seorang pemuda yang tentu sangat-sangat membantunya.
Pemberian kedua adalah dalam hal menyediakan makanan. Ibu kost-an selalu menyediakan makanan setiap harinya untuk pemuda itu dan beberapa orang kawannya yang lain yang kebetulan kost di sana. Memang pemuda itu harus membayar setiap kali makan. Tapi sekali lagi, ia hanya membayar relatif lebih murah ketimbang ia harus membeli makanan di luar. Lagipula, ia tak perlu repot-repot untuk mencari makanan di warung-warung makan. Makanan yang dibut ibu kost-an itu pun enak-enak. Sangat enak dan menunya selalu berganti. Setiap kali makan, yang selalu dikatakan di dalam hati pemuda itu adalah: “Jika saya makan ini di luar, tidak mungkin saya mengeluarkan biaya sebesar yang harus saya bayar pada ibu kost-an. Pasti bayarnya akan jauh lebih besar makan di luar”. Terlihat bahwa ibu kost memang tidak mencari keuntungan dari sana. Ia hanya ingin membantu. Hanya ingin memberi. Itu saja.
Jika ingin menjabarkan apa yang telah diberikan ibu kost pada anak muda tersebut, tentulah tak cukup untuk dituliskan dalam cerita ini. Karena memang ada begitu banyaknya hal yang diberikan ibu kost pada pemuda tersebut. Tapi cukuplah bahwa kebajikan memberi untuk dua hal tersebut saja sudah membuat sang pemuda menuruti segala apa yang “dikehendaki” –tentu yang baik-baik- dari ibu kost-an. Karena kedua hal itu adalah kebutuhan pokok bagi pemuda tersebut. Sehingga kita bisa melihat di sini bahwa ketika kita mampu untuk memberikan kebajikan berupa hal-hal pokok pada seseorang, maka seolah kita telah menyelamatkan nyawanya dari kematian. Disitulah hati orang tertaklukkan. Disitulah makna cinta sejati tersemai.
*Semoga kita semua bisa seperti ibu kost-an tersebut yang mampu memberi hal-hal tepenting dalam hidup seseorang. Amin.
Komentar Terakhir: