Nur Ali Muchtar

Posts Tagged ‘Aktivis

jadi ceritanya belakangan saya mulai disibukan dengan beberapa kegiatan tiap harinya: belajar mengembangkan bisnis, organisasi dan mengajar. untuk bisnis, karena menjadi pengusaha sukses adalah salah satu impian besar saya, maka proporsi saya mengerjakannya lebih banyak dari yang lainnya. pertama saya sedang mengembangkan English Prestige (TOEFL Course, General English, Conversation, Business) dengan 3 orang lainnya termasuk juga investor. kedua saya masih tetap menjalankan bisnis yang lebih dulu saya kerjakan yaitu bisnis lembaga privat @LesPrivatAplus. ketiga yang insyaAllah dalam waktu dekat ini akan saya realisasikan adalah bisnis es buah jelang ramadhan. tentu bukan saya yang akan jadi abang tukang es buahnya, tapi orang lain. bisnis yang terakhir terkait dengan bisnis Jasa Travel. kebetulan investor saya di English Prestige ngajak untuk bisnis di Jasa Travel Jakarta-Johor, Johor-Jakarta, Jakarta-Bali, Bali-Jakarta. sayapun mengatakan siap untuk menerima tantangan tersebut. bismillah.

kegiatan saya yang kedua adalah organisasi. ini juga cukup “menyita” waktu saya. saya selalu menamkan dalam benak saya kuat-kuat bahwa “I’m ACTVIST, not PASSIVIS”. menjadi seorang aktivis sudah saya lakoni sejak di bangku kuliah dulu meski belum terlalu maksimal karena tuntutan kuliah. tapi begitu lulus, seperti saat ini, saya bisa lebih leluasa mengaktualisasikan gairah dan idealisme saya sebagai seorang aktivis. bersama teman-teman aktivis dan mantan aktivis kampus dari BEM Se-JaBoDeTaBek, kami mendirikan sebuah organisasi bernama Komunitas Leaders Club (KLC). KLC ini bisa dibilang tempat nongkrongnya calon-calon leader Indonesia di masa depan. fokus utama kami terkait dengan Bidang Politik, Bisnis, Kepemudaan dan Kajian-kajian kontemporer. KLC bermarkas di Jl. Tebet Barat I No.7. di samping itu, saya juga aktif di Junior Chamber International (JCI) Chapter Sunda Kelapa. kebetulan anggota JCI Sunda Kelapa ini adalah mayoritas teman-teman yang aktif di KLC. Kita juga sering diminta bantuan suhu-suhu dari CIDES (Center Information For Development Studies) yang merupakan timtengnya Habibie Center untuk menjadi panitia di setiap seminar ROUNDTABLE yang mereka adakan. biasanya kita buat acara di Hotel Crowne samping Plasa Semanggi. beberapa tema yang sudah pernah digarap: UU Perbankan, Investment, dan yang baru-baru ini kami adakan adalah Monetary. para pembicara yang mengisi acara CIDES Roundtable ini biasanya dari petinggi-petinggi Bank Indonesia, anggota DPR dari komisi XI, pakar-pakar Ekonomi, praktis-praktisi ekonomi dan lain-lain.

kegiatan terakhir saya adalah mengajar matematika sebagai penghasilan tambahan di sela-sela waktu luang saya. saya juga punya satu kelompok binaan (kelompok mentoring) di salah satu SMA favorit di Jakarta Utara. membina merupakan upaya saya untuk menjaga diri saya agar tetap berada di jalan yang lurus juga sebagai upaya untuk membangun generasi muda yang peduli pada nasib bangsa dan umat. alhamdulillah rata-rata mereka adalah “petinggi-petinggi” di organisasi tempat mereka aktif. ada yang di OSIS, Rohis, PMR, Paduan Suara, Bulu Tangkis, dll.

cape gak sih ngejalanin kesemuanya ini? yahhh… berhubung saya masih cukup muda dan masih single (promosi.com), juga saya menjalani kesemuanya itu dengan enjoy dan gairah yang besar, jadi bisa dibilang gak capek-capek amat. alhmadulillah saya malah jarang sakit. thx to Allah atas nikmat sehat ini. semoga Ia terus memberikan saya kesehatan. amin. sekian guys sedikit “curhatan” saya sebagai pengisi waktu pagi sebelum beraktivitas. keep semangat beramal dan berkarya cz Allah. wasalam

logo klc

Logo KLC

anak muda itu harusnya penuh vitalitas dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. kegairahan melingkupi jiwa dan raganya sehingga setiap orang yang berinteraksi dengannya merasakan aura itu. aura yang terpancar dari sorot matanya yang berbinar menyala-nyala. gerakan-gerakannya yang lincah nan tangkas. bicaranya yang seperti toa cetar-cetar membahana.

anak muda tidak boleh lemas. kalo lemas, jadi orang tua aja. anak muda harus mampu melakukan banyak hal dalam satu waktu. anak muda harus kuat melakukan perjalanan-perjalanan jauh yang menyita banyak energi. anak muda juga gak boleh gampang sakit. apalagi jika Anda mengaku sebagai seorang aktivis.

aktivis dalam kesehariannya bisa dibilang bukan manusia-manusia normal. mereka melakukan sesuatu yang tidak dilakukan kebanyakan orang. mereka peduli pada nasib bangsanya, maka mereka berlelah paya bergerak dan berbuat. orientasi mereka adalah kemaslahatan umat. jadi, seorang aktivis ini wajib bin kudu bin mesti bin harus memiliki tubuh yang sehat sebagai penunjang aktivitasnya. kalo tidak didukung fisik yang prima, bisa-bisa seorang aktivis mejadi pasivis karena baru kecapean sedikit, udah tepar. aktivis gak boleh gitu. aktivis harus seperti anak kecil yang baru dapet mainan dari orang tuanya: senang, jingkrak-jingkrakan, bergairah, penuh vitalitas.

“antum kayaknya sehat terus Akhi, padahal kemaren antum yang harusnya paling kelelahan. lah ini antum sekarang malah yang paling seger diantara yang lain. kok bisa?”

beberapa tips yang mungkin bisa kita coba:
1. olahraga secara teratur seminggu minimal dua atau tiga kali selama 30 menit tiap kali olahraga. yang murah2 aja, misalnya: lari. tapi usahakan lari di tempat segar yang ditumbuhi banyak pohon. rasakan efeknya setelah lari.
2. usahakan makan makanan buatan orang rumah. sebisa mungkin hindari makan makanan di luar. alasanya adalah karena kita tidak tahu tingkat higienis masakan tersebut. kalo buatan orang rumah, insyaAllah bersih lah ya cz kan buat mulut-mulut kita sendiri. hindari juga makan-makanan cepat saji. penyakit “orang kaya” salah satunya lewat pintu ini kan?
3. istirahat yang cukup dan jangan bergadang. masing-masing orang berbeda untuk kebutuhan akan istirahat ini. ada yang dalam satu hari cukup dengan tidur 5 jam. ada juga yang butuh 8 jam. namun jangan sampe lebih dari 8 jam yah. simak surat As-Sajdah ayat 16: “lambung mereka jauh dari tempat tidur”. maksud ayat ini, orang-orang beriman itu sedikit waktu tidurnya. kalo malem mereka banyak ibadah, kalo siang banyak kerja.
4. hiduplah dengan jiwa optimis. hadapi segala macam problematika hidup dengan gunung kegairahan. nyalakan sumbu api kegairahan dalam benak kita seolah ia adalah larva yang ingin memuntahkan kawah api kehidupan. insyaAllah dengan gairah ini, badan kita akan bisa menyesuaikan dengan beban-beban kerja yang berat sekalipun.

insyaAllah itu dulu
wallahualam
cayooo 🙂

ada seorang teman, sma “jagoan”. kuliah pun masih “jagoan”. setelah lulus, kerja, punya gaji gede (karena gajinya lebih gede dibanding anak-anak fresh graduate yang laen), udah gak liqo. capenya lagi, pacaran. dinasehatin, eh dia malah bilang: “udah lah, sekarang gini, masing-masing urusan kita aja lah. gak usah ngurusin orang laen”.

lantas kemudian saya merenung, kenapa bisa begitu? apa yang menyebabkan sohib ini futur dari jalan dakwah. “dia udah enggak ngaji lagi akh”, tutur seorang teman yang laen. kemudian saya coba flash back ke belakang mengenang sohib yang semasa sma dan kuliah bisa dibilang “jagoan”. nih orang, ditimpa segala macam ujian dan cobaan dakwah, kuat deh dulu perasaan. tapi kenapa setelah lulus mudah sekali goyah.

oh iya, saya jadi teringat perkataan seorang guru: ujian terberat seorang aktivis itu bukan semasa ia sekolah atau kuliah, tapi justru setelah ia lulus (ujian berat sesungguhnya yang pertama) dan setelah ia menikah (ujian berat selanjutnya). apabila kedua ujian berat ini lulus, insyaAllah dia akan kuat dan tetap istiqomah menapaki jalan dakwah yang penuh onak dan duri ini.

kenapa sekolah dan kuliah belum bisa dijadikan barometer komitmen seseorang terhadap dakwah? jelas ini banyak faktornya. di sekolah dan kuliah kan segalanya serba teratur. antum di posisi ini. antum di posisi itu. dakwah kita sudah ada yang ngatur. jadi masih asik lah dakwah di kampus. palingan ujiannya ya kuliah itu sendiri. buat orang yang kuliahnya gak ada masalah, tentu dakwah di kampus memiliki kenikmatan yang luar biasa. di kampus juga masyarakatnya cenderung homogen. beda dengan masyarakat yang kita temukan setelah lulus kuliah. masyarakatnya cenderung heterogen. masa kuliah juga belom ada tuntutan pekerjaan (tuntutan maisyah/penghasilan). belom ada “gangguan-gangguan” dari istri dan anak-anak. belom juga dituntut oleh pihak keluarga dari orang tua dan mertua. semasa sekolah dan kuliah kan orang tua kita hanya membebankan kita akan satu hal: sekolah atau kuliah yang bener. setelah lulus?? beda kan??

mengenang sang sohib, saya jadi teringat perkataan alm ust Rahmat Abdullah: “manusia itu akan di uji di tempat terlemahnya dia”. sohib di atas, jelas telah diuji dengan pekerjaan (gaji gede). merembet hingga ke pacaran. entah nanti merembet lagi ke mana.

perihal menikah, biar lulus dari ujian suami/istri, seorang guru tak bosan-bosannya menasihati, “cari istri, kriteria utamanya antum harus liat dari tarbiyahnya. harus yang tarbiyahnya bener dan punya komitmen kuat dengan tarbiyah dan dakwah”. siap ustadz..hehehe…

ada lagi seorang teman yang curhat pada seorang guru, “bang, ane kangen ama dakwah semasa kuliah dulu. kayaknya jelas gitu kerjanya. setelah lulus, kok ane bingung yah mau kerja (dakwah) apa?”. sang guru hanya menasihati simpel, “muncul lah antum ke dpra tempat antum tinggal. insyaAllah banyak kerjaan di sana”. jlebbbb… dalem.

terakhir, mari kita berdoa pada Allah SWT semoga Ia menguatkan komitmen kita dengan dakwah ini. tentunya hingga akhir hayat. amin.


Total Kunjungan:

  • 661,492 hits

Follow me on Twitter

Yang Lagi OL

PageRank

Kenal Lebih Dekat di: