Nur Ali Muchtar

Hampir Saja HP Saya Kecopetan

Posted on: October 5, 2009

Minggu tertanggal 4 Oktober 2009, dimulailah kisah itu. Dia ini certanya. Mulanya saat saya mau mudik ke rumah. Saat itu saya sedang berada di depok. On the way ke rumah di tanjung priok Jakarta Utara. Biasanya saya pulang naik patas AC 82. Naik dari pasar lenteng dan turun di mambo. Dan masih naek dua angkot lagi untuk sampai ke rumah. Tapi kali ini saya punya keinginan lain. Saya sedang ingin naik kereta. Lagi pengen baca buku di atas kereta. Kalo naik kereta ini, saya akan naik di stasiun lenteng agung dan baru akan turun jika kereta telah sampai di stasiun cawang. Perjalanan akan saya lanjutkan dengan menaiki bus bernomor 89 jurusan blok M à tanjung priok dan turun di mambo juga. Lalu berlanjut dengan dua angkot yang lain.

Nah, pagi menjelang siang itu, tepatnya pukul 11, saat saya sedang menunggu kereta arah depok yang akan meluncur menuju Jakarta, saya mengalami kejadian yang bisa dibilang hampir-hampir kecurian HP. Seperti biasa, jika menunggu kereta yang belum kunjung datang, maka saya akan menyambi proses menunggu itu sambil membaca-baca buku. Saya amat serius sekali membaca buku yang saya bawa itu. Meski sudah yang ke tiga kalinya saya membaca buku itu. Saya demikian amat tekunnya pada saat itu. Tak terganggu, sama sekali tak terganggu dengan deru laju kereta, klakson yang menjerit-jerit dengan amat kerasnya, dengan keramaian orang yang lalu lalang, dengan rengekan anak-anak kecil yang minta dibeliin permen oleh orang tuanya. Itu semua sama sekali tidak mengganggu kekhusyuan saya dalam membaca barang sikitpun. Saya masih terus membaca dan membaca.

Disitulah saya tidak menyadari akan sesuatu bahwa saya sedang diintai oleh seorang gembong pencuri. Mungkin ia melihat saya sedang sangat asyiknya membaca, lalu terlebat keinginannya untuk menyatroni HP yang ada di celana saya. Mungkin ingin memanfaatkan kelengahan saya di saat yang tepat nanti. Saat kereta datang setelah sekitar 20 menit menunggu, saya menyegerakan untuk menutup buku dan bersiap-siap menyambut kereta yang datang dari arah stasiun UP itu. Keadaan kereta amat penuhnya pada saat itu. Sempat berpikir, apakah saya akan naik atau menunggu kereta berikutnya saja. Tapi sejurus kemudian badan saya telah bangkit dan bersiap-siap untuk melompat ke dalam kereta. Disaat seperti itulah sang gembong itu beraksi. Begini ceritanya:

nokia3200

Saya telah berdiri sambil menunggu penumpang yang demikian riwehnya itu turun. Karena banyak orang yang akan naik serta banyak pula orang yang akan turun, maka genjatan kekuatan yang saling adu jotos terjadi disini. Saya tak mau kalah. Saya ini kan masih mudah. Dan saat saya lihat sekeliling, orang-orang yang dekat-dekat dengan saya itu rata-rata kalah gesit dengan saya. Kulihat mayoritas adalah kaum hawa serta ada seorang ibu-ibu paruh baya. Masak saya kalah dengan orang-orang itu. Gengsi la yauw. Kereta berhenti berderak. Penumpang berhamburan keluar. Disambut para manusia yang sudah tak sabar untuk masuk. Terjadilah adegan saling dorong mendorong. Yang satu hendak melompat keluar. Sedang yang satu hedak meluncur ke dalam. Proses dorong mendorong itu masih terus berlangsung selama beberapa detik. Disaat seperti itulah moment gawat itu terjadi. Saat saya tak mau kalah juga dengan passangers yang lain, saya, yang mengenakan celana jeans yang lumayan ketat serta kaos berkerah lumayan jangkis, tak merasakan bahwa saat gencatan adu jotos itu berlangsung, ada seseorang yang sedang merogoh-rogoh kantung celana jeans saya. Sama sekali tak berasa bahwa paha saya itu sedang di gerepein oleh orang yang tak tahu moral itu. Hingga ketika saya masuk ke dalam kereta, dan sejurus saya mengecek keadaan kantung celana saya itu, tiba-tiba darah saya berdesir. “Lho kemana HP saya. Kok tidak ada”. Saya pastikan sekali lagi. Saya rogoh-rogoh celana kantung celana saya itu. Tetapi masih tidak ada. Atau mungkin saya telah lupa bahwa HP itu telah saya masukkan ke dalam tas saya. Ah, mungkin saja. Tapi tidak, saya masih ingat bahwa terakhir kali saya menaruhnya itu di dalam saku celana tadi sebelum naik. Disaat kepanikan seperti itulah kulihat seorang peria muda berusia sekitar 35 tahunan, menatap saya dengan pandangan yang amat tajamnya. Kukenali ciri-cirinya. Alisnya memanjang dengan sorotan mata yang amat tajam. Wajahnya agak-agak mirip orang SD (ini inisial), rambutnya belah tengah dengan panjang dekitar 10 cm. Warna kulitnya agak kecoklatan. Tingginya sekitar 175 cm. Setelah sekian detik ia menatap wajah saya dengan tatapan seperti orang yang hendak menyantap tubuh saya. Tiba-tiba terdengar suara berdegum yang lumayan kencang. Suara itu berasal dari benda yang jatuh ke lantai kereta. Astaga, itu HP saya. Tak ambil lama. Langsung saja saya sosor HP itu dengan moncong tangan saya ini. Lamayan sulit untuk mengaisnya. Hal ini dikarenakan banyak sekali manusia yang ada di dalam sana. Sejurus HP itu telah ada di tangan saya kembali. Sejenak saya masih belum sadar mengapa HP ini bisa meloncat dari kantong jeans ini. Tapi akhirnya saya sadar sesadar-sadarnya bahwa itu adalah ulah orang yang dari tadi memelototi wajah saya. Saat kereta hendak berderak untuk melaju, kulihat ia, si calon pencuri itu, melompat bersamaan dengan laju kereta yang mulai berlarian.

Di perjalanan pulang itu, tak henti-hentinya saya bersyukur pada Allah SWT karena masih menyelamatkan HP saya ini agar tidak terjatuh ke tangan orang yang tidak tepat. Sejenak saya mulai merenung, apa yang salah dengan diri ini? Dosa apa yang telah saya perbuat hari ini? Maka ada dua pelajaran moral yang bisa saya petik pada saat itu. Pertama, harusnya saya tidak egois sendiri untuk masuk melompat lebih dulu ke dalam kereta. Harusnya saya mengutamakan orang-orang yang lebih lemah dibandingkan saya. Coba seandainya saya lebih mengutamakan orang-orang itu. Mungkin saya akan lebih tenang. Jika saya lebih tenang, pasti akan lain episodenya. Ah, dasar manusia. Maunya menang sendiri terus. Jangan lagi-lagi ya teman. Kedua, saya telah menghianati HP saya itu. Beberapa hari yang lalu  saya telah berencana untuk memusiumkan HP saya itu. Menggantinya dengan yang lebih elegan. Jangan-jangan ini adalah teguran dari Allah. Mungkin saja saya membelin HP itu karena berniat hendak berpamer ria pada semesta. “Weee gue punya HP (ech pi) baru lho”. Sekali lagi, ahh dasar manusia. Jangan begitu.

Dan doa saya pada saat pulang itu adalah: “Ya Allah, jadikanlah saya orang yang lebih mendahulukan kepentingan orang lain ketimbang kepentingan diri sendiri”. Serta, “ Ya Allah, kalo saya beli HP baru, semoga itu karena tujuan yang baik-baik. Bukan karena tujuan yang ga baik-baik”. Amin

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Total Kunjungan:

  • 661,491 hits

Follow me on Twitter

Yang Lagi OL

PageRank

Kenal Lebih Dekat di:

%d bloggers like this: